Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, menyatakan siap memberlakukan status darurat nasional menyusul meningkatnya ancaman “agresi” dari Amerika Serikat. Hal ini disampaikan Maduro dalam pidato televisi pada Senin (29/9/2025) waktu setempat.
“Proses konsultasi telah dimulai untuk mendeklarasikan keadaan darurat sesuai konstitusi, demi melindungi rakyat, perdamaian, dan stabilitas kita jika Venezuela diserang oleh imperium Amerika secara militer,” ujar Maduro.
Dekrit Khusus Beri Maduro Kekuasaan Luas
Sebelumnya, Wakil Presiden Delcy Rodríguez mengungkapkan bahwa Maduro telah menandatangani dekrit khusus yang memberikan wewenang ekstra kepada dirinya dalam urusan pertahanan dan keamanan.
Dekrit ini memungkinkan:
-
Mobilisasi tentara di seluruh wilayah Venezuela.
-
Militer mengambil kendali atas layanan publik.
-
Pengawasan penuh militer terhadap industri minyak, tulang punggung ekonomi Venezuela.
Masa berlaku dekrit ini adalah 90 hari, dan dapat diperpanjang sekali lagi untuk 90 hari berikutnya.
Baca Juga: Venezuela Pakai Kripto Gantikan Dolar AS Untuk Transaksi Valas
Eskalasi Militer AS di Karibia
Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengerahkan delapan kapal perang, sebuah kapal selam bertenaga nuklir, dan jet tempur siluman F-35 ke perairan internasional di lepas pantai Venezuela.
Selain itu, F-35 tambahan juga ditempatkan di Puerto Rico. Langkah ini menjadi operasi militer terbesar AS di Karibia dalam beberapa dekade terakhir.
Trump berdalih bahwa operasi tersebut bertujuan memberantas penyelundupan narkotika ke Amerika Serikat. Namun, data dari PBB maupun lembaga AS sendiri menunjukkan bahwa Venezuela bukanlah sumber utama kokain yang masuk ke Negeri Paman Sam.
Serangan Udara Tewaskan 17 Warga Venezuela
Militer AS dilaporkan telah mengebom sedikitnya tiga kapal kecil di perairan internasional dekat Venezuela. Washington menyebut kapal-kapal itu terlibat dalam penyelundupan narkoba.
Namun, Caracas membantah tuduhan tersebut. Serangan udara tersebut menewaskan 17 warga Venezuela, yang kemudian disebut pemerintah Maduro sebagai bukti bahwa AS telah melancarkan “perang tak diumumkan” terhadap negaranya.
Para ahli hukum internasional dan pakar HAM PBB menilai serangan ini merupakan bentuk “pembunuhan di luar proses hukum”, karena korban tidak pernah diadili di pengadilan.
Rencana AS Targetkan Wilayah Venezuela
Menurut laporan NBC News, pejabat militer AS kini sedang menyusun rencana untuk memperluas operasi dengan melakukan serangan udara langsung ke wilayah Venezuela dengan dalih menargetkan jaringan narkotika.
Baca Juga: Maduro Siap Berperang Jika Pasukan AS Menyerang Venezuela
Langkah ini, jika terealisasi, berpotensi mengubah ketegangan menjadi konflik bersenjata terbuka di kawasan Amerika Latin.
Respons Maduro dan Peringatan Trump
Maduro menegaskan bahwa klaim AS tentang peran besar Venezuela dalam perdagangan narkoba adalah propaganda. Ia menyatakan ingin menjaga hubungan dengan Washington agar tetap “bersejarah dan damai.”
Namun, Trump mengeluarkan ancaman keras, memperingatkan Venezuela akan membayar harga yang “tak terhitung” jika tidak menerima kembali imigran yang ia sebut sebagai “narapidana” dan “orang dari rumah sakit jiwa” yang saat ini berada di AS.