Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, China menyatakan kesiapan untuk membahas sejumlah kebijakan perdagangan, termasuk tarif dan subsidi, yang selama ini dianggap Washington sebagai hambatan utama dalam reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Seorang delegasi senior dari misi China di WTO mengatakan bahwa Beijing telah "mendengar setiap kata" yang disampaikan AS terkait praktik perdagangannya, dan kini membuka pintu dialog seputar isu-isu sensitif menjelang pertemuan tingkat menteri WTO yang dijadwalkan berlangsung di Kamerun pada 2026.
China Pertimbangkan Melepas Beberapa Keuntungan SDT
AS menuntut agar negara-negara besar seperti China dan Arab Saudi melepaskan hak istimewa yang mereka peroleh sebagai negara berkembang — yang dikenal sebagai Special and Differential Treatment (SDT). Hak tersebut memungkinkan negara berkembang untuk menetapkan tarif impor yang lebih tinggi serta menggunakan subsidi secara lebih fleksibel.
Baca Juga: China Ambil Tindakan atas Tuntutan Utama AS Terkait Fentanil
Meski menegaskan bahwa status sebagai negara berkembang adalah "tidak bisa dinegosiasikan", delegasi China menyatakan bahwa Beijing mungkin tidak akan meminta manfaat SDT dalam negosiasi tertentu ke depan. Contohnya, China sebelumnya telah melepaskan SDT dalam isu perikanan dan regulasi domestik.
"Saya melihat dalam negosiasi mendatang, secara umum, China kemungkinan besar tidak akan meminta SDT," ujar delegasi yang enggan disebutkan namanya, sebagaimana lazimnya protokol misi diplomatik China.
Namun, mantan juru bicara WTO, Keith M. Rockwell, menyampaikan keraguannya terhadap kemungkinan China akan benar-benar melepas semua manfaat SDT, terutama di sektor sensitif seperti pertanian. AS sendiri menolak pendekatan “pilih-pilih” dalam penerapan SDT dan mendesak agar China sepenuhnya melepaskan klaim tersebut.
Terbuka untuk Bahas Tarif dan Subsidi
Delegasi tersebut juga menegaskan bahwa China siap berdiskusi mengenai transparansi subsidi dan tarif demi menciptakan kesetaraan dalam perdagangan global, selama diskusi berlangsung dalam semangat saling menghormati.
Baca Juga: China: Serangan AS ke Iran Rusak Kredibilitas Washington
“Kami terbuka untuk diskusi tentang subsidi, asalkan ada niat baik dari pihak lain. Tapi kami tidak akan menerima upaya apa pun yang mencoba mengubah sistem ekonomi kami,” katanya.
Dalam perkembangan positif, China menunjukkan keterbukaan untuk meninjau kembali komitmen tarifnya dalam kerangka WTO, termasuk kemungkinan renegosiasi di bawah Pasal 28 WTO — yang memungkinkan anggota untuk mengubah komitmen tarif dalam kondisi tertentu.
“Kami menyambut AS untuk kembali aktif di WTO,” tambah delegasi itu. “Kami siap untuk bernegosiasi ulang di bawah Pasal 28 jika AS menyampaikan permintaan mereka secara resmi di WTO.”