kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi corona bikin perjalanan internasional jadi mahal dan sulit


Jumat, 07 Agustus 2020 / 15:45 WIB
Pandemi corona bikin perjalanan internasional jadi mahal dan sulit
ILUSTRASI. Maskapai Lufthansa. Pandemi bikin perjalanan internasional jadi mahal dan sulit


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pembatasan perjalanan dan penerbangan akibat pandemi Covid-19 telah mengubah tren di seluruh dunia. Beberapa orang bahkan terpaksa menyewa pesawat sendiri atau membayar berkali-kali lipat tiket reguler untuk kembali ke pekerjaan dan rumah mereka. 

Bloomberg, dalam artikelnya Jumat (7/8) menyebut, memasuki pandemi bulan ke delapan, dorongan untuk normalisasi sudah mulai terlihat. Beberapa orang mulai mencoba melakukan perjalanan internasional lagi, baik untuk perjalanan bisnis ataupun untuk kembali ke tempat tinggal mereka. 

Baca Juga: Pemilik New York Exchange akuisisi platform Ellie Mae senilai US$ 11 miliar

Namun, saat ini jumlah kasus infeksi Covid-19 saat ini tercatat sudah melebihi 18 juta dan terus meningkat. Melihat fakta ini, maskapai penerbangan praktis enggan menambah jadwal penerbangan mereka. Apalagi, di beberapa negara sudah memberlakukan aturan perjalanan yang baru. 

Lumpuhnya penerbangan ini menjadi bukti betapa dalam dan langgeng kerusakan pandemi ini. Jumlah penerbangan internasional ke beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Jepang telah turun lebih dari 80% dari periode tahun lalu. Sementara penerbangan ke China sudah turun drastis lebih dari 94%, menurut Data Industri Penerangan Cirium. 

Walhasil, wisatawan pun harus kreatif hanya untuk naik pesawat. Kelompok-kelompok wisatawan pun mulai bermunculan di Facebook dan WeChat yang telah terjebak ribuan mil dari pekerjaan, rumah, keluarga mereka. Banyak dari antara mereka tidak bisa mendapatkan tiket, dan terpaksa mencoba menyewa pesawat pribadi. 

Bahkan, beberapa agen perjalanan mengatakan mereka terpaksa harus menyuap maskapai penerbangan untuk menambah kursi. Sementara itu, ada juga yang sudah menghabiskan uang untuk membeli tiket bisnis atau kelas satu, dan terpaksa ditolak karena kurangnya dokumentasi. "Begitu banyak orang yang terpisah dengan keluarganya, sungguh memilukan," tutur seorang ibu di Shanghai yang mengelola grup WeChat dengan 1.650 anggota aktif. "Bagian tersulit adalah tidak ada pedoman yang jelas dan tidak ada tanggal kepastian untuk akhir dari masalah ini," katanya. 

Baca Juga: India sita ratusan ton bahan kimia yang sama dengan yang meledak di Lebanon

Lagi-lagi akibat pandemi, tren liburan musim panas sepertinya tak lagi menjadi angin segar bagi industri pariwisata. Beberapa pakar industri penerbangan mengatakan perjalanan global kemungkinan tidak akan kembali secara efektif sebelum vaksin virus korona ditemukan. "Kami tidak melihat adanya pemulihan material untuk perjalanan internasional dalam waktu dekat," kata Steven Kwok, mitra rekanan di OC&C Strategy Consultants Ltd. 

Pandemi ini juga membawa dampak konsekuensial di luar wabah virus, seperti perlambatan ekonomi global, dan merusak selera wisatawan untuk melakukan perjalanan secara jangka panjang. Ambil contoh kisah Chris Wells yang terjebak di kampung halamannya di Houston selama setengah tahun. 




TERBARU

[X]
×