kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,96   -11,56   -1.24%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi membuat pangsa penjualan ritel online dunia naik menjadi 19% pada tahun lalu


Senin, 03 Mei 2021 / 14:15 WIB
Pandemi membuat pangsa penjualan ritel online dunia naik menjadi 19% pada tahun lalu
ILUSTRASI. Pandemi membuat pangsa penjualan ritel online dunia naik menjadi 19% pada tahun lalu.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  ZURICH. Pandemi Covid-19 telah memaksa berbagai pemangku kebijakan melakukan penguncian wilayah atau lockdown pada tahun lalu. Riset badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan, pembatasan ini mendorong penjualan secara daring alias online menyumbang hampir seperlima dari total omzet ritel di tahun 2020.

UN Conference on Trade and Development (UNCTAD) memperkirakan, penjualan online menyumbang 19% dari keseluruhan penjualan ritel pada tahun 2020, naik dari 16% di tahun sebelumnya. Hal itu merujuk kantor statistik nasional di negara-negara ekonomi besar, demikian dilaporkan Reuters pada Senin (3/5).

Korea Selatan melaporkan pangsa tertinggi penjualan online mencapai 25,9%, naik dari 20,8% tahun sebelumnya. China memiliki pangsa 24,9%, Inggris 23,3% dan Amerika Serikat 14,0%.

Baca Juga: Meituan himpun dana US$ 9,98 miliar untuk menyaingi Alibaba di bisnis grocery online

“Penjualan e-commerce global naik 4% menjadi US$ 26,7 triliun pada 2019, menurut perkiraan terbaru. Ini termasuk penjualan bisnis-ke-bisnis (B2B) dan bisnis-ke-konsumen (B2C), dan setara dengan 30% dari output ekonomi global tahun itu,” sebut UNCTAD.

Laporan itu menyebutkan, pandemi menyebabkan keuntungan beragam bagi perusahaan e-commerce B2C terkemuka pada tahun 2020. Data untuk 13 perusahaan e-commerce teratas, 11 di antaranya berasal dari China dan Amerika Serikat, menunjukkan pembalikan keuntungan yang signifikan untuk perusahaan platform yang menawarkan layanan seperti ride hailing dan travel, yang mengalami penurunan tajam dalam volume barang dagangan kotor (GMV).

"Misalnya, Expedia turun dari peringkat ke-5 pada peringkat 2019 menjadi peringkat 11 pada 2020, Booking Holdings turun dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-12 dan Airbnb, yang meluncurkan penawaran umum perdana pada 2020, turun dari peringkat 11 ke peringkat 13,” katanya.

Alibaba dari China tetap berada di peringkat teratas, diikuti Amazon di Amerika Serikat. Meskipun terjadi penurunan pada perusahaan jasa, total GMV untuk 13 perusahaan e-commerce B2C teratas naik 20,5% menjadi US$ 2,9 triliun pada tahun 2020, melampaui kenaikan 17,9% pada tahun 2019.

Selanjutnya: Kekayaan Jack Ma bertambah puluhan triliun setelah saham Alibaba melesat




TERBARU

[X]
×