Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - LOS ANGELES. Paramount Global yang baru saja menyelesaikan merger senilai US$8,4 miliar dengan Skydance Media mengumumkan rencana mempertahankan dan mengembangkan merek hiburan legendarisnya seperti Nickelodeon, MTV, dan BET, sekaligus meningkatkan produksi film layar lebar secara signifikan.
Presiden Paramount Jeff Shell menegaskan, pihaknya tidak memandang jaringan kabel sebagai aset linear yang menurun dan perlu dijual.
“Kami melihatnya sebagai merek yang harus kami definisikan ulang,” ujarnya dalam pertemuan media di studio Paramount Pictures, Rabu (13/8/2025).
Baca Juga: Paramount Jadi Pemegang Hak Eksklusif UFC di AS dengan Nilai Kontrak Rp 125 Triliun
Ketua Divisi Media Televisi George Cheeks mengakui bisnis TV kabel tengah menantang, namun menilai jaringan tersebut telah menciptakan waralaba ikonik yang bisa berkembang di era streaming.
BET, saluran yang fokus pada budaya kulit hitam dan sebelumnya sempat dijajaki untuk dijual disebut Shell sebagai bagian penting dari strategi streaming Paramount.
Langkah ini berlawanan dengan tren industri, di mana perusahaan lain seperti Warner Bros Discovery dan Comcast justru memisahkan bisnis kabel dari studio dan layanan streaming mereka.
Di lini film, Paramount Pictures akan meningkatkan produksi dari delapan film tahun ini menjadi 15 film “dalam waktu cepat”, dengan target akhir 20 film per tahun.
Deretan film mendatang mencakup kelanjutan waralaba populer seperti Star Trek dan Transformers, serta film orisinal seperti High Side garapan James Mangold yang dibintangi Timothée Chalamet.
Studio juga akan membidik film keluarga ala A Night at the Museum atau The Goonies.
Baca Juga: Pemerintah AS Setujui Merger Senilai US$8 Miliar antara Paramount dan Skydance
“Kami semua tumbuh besar dengan film-film seperti ini, dan kami rasa tidak banyak yang memproduksinya sekarang,” ujar Dana Goldberg, wakil ketua Paramount Pictures.
CEO David Ellison menambahkan, Paramount akan menjadi “rumah” bagi sineas terbaik dan memanfaatkan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) untuk memperkaya penceritaan.
Menurutnya, AI berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan Hollywood, dan berpotensi membawa transformasi besar seperti yang terjadi saat Pixar dibangun oleh John Lasseter dan Steve Jobs.