Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat diperkirakan akan memangkas suku bunga pada Rabu, 18 September 2025, sebuah langkah yang secara historis memicu reli di pasar kripto.
Turunnya imbal hasil dari aset tradisional seperti obligasi membuat aset berisiko, termasuk kripto, semakin menarik bagi investor.
Namun, keputusan suku bunga kali ini diwarnai dinamika politik yang tidak biasa. Presiden AS Donald Trump tengah berupaya memperluas pengaruhnya atas The Fed melalui penunjukan baru, sekaligus mendorong upaya pemecatan terhadap salah satu gubernurnya.
Kisruh Politik di The Fed: Lisa Cook vs. Pemerintahan Trump
Pemerintahan Trump menuduh Gubernur Fed Lisa Cook, yang ditunjuk era Biden, melakukan penipuan hipotek (mortgage fraud) dan berupaya mencopotnya dari jabatan. Pada 25 Agustus, akun resmi Gedung Putih di X mengunggah surat pemecatan Cook.
Cook menolak tuduhan tersebut, menyebutnya bermotif politik, dan menegaskan pemecatan itu “belum pernah terjadi dan ilegal.” Pengadilan banding di Washington kemudian memblokir langkah Gedung Putih, memungkinkan Cook tetap bertugas sambil menunggu proses hukum.
Baca Juga: PayPal Siap Integrasikan Bitcoin, Ethereum, dan Stablecoin dalam Pembayaran P2P
Di sisi lain, Senat AS mengonfirmasi penunjukan Stephen Miran, penasihat ekonomi Gedung Putih sekaligus sosok yang pernah menyuarakan pandangan pro-kripto, sebagai anggota dewan gubernur Fed.
Meski masa jabatannya berakhir Januari 2026, Miran tidak berkomitmen untuk mundur dari peran politiknya, memunculkan kekhawatiran independensi The Fed akan semakin berkurang.
Apa Artinya Fed yang Terkontaminasi Politik untuk Kripto?
Menurut Aaron Brogan, pendiri firma hukum Brogan Law yang fokus pada kripto, independensi The Fed sangat krusial. “The Fed punya otoritas besar atas bank, dan bank pada akhirnya adalah kuasi-regulator industri kripto,” ujarnya.
Jika The Fed semakin terpengaruh politik, kebijakan moneter bisa lebih mudah berubah-ubah. Brogan menambahkan, “Asumsinya, Fed yang kurang independen akan cenderung lebih longgar dalam kebijakan moneter. Namun, ini masih spekulatif.”
Dengan Trump yang berulang kali mendorong pemangkasan suku bunga, skenario kebijakan akomodatif tampak semakin nyata.
Pasar Kripto Bersiap Hadapi Lonjakan Likuiditas
Sementara elite politik berseteru, pasar kripto menunggu keputusan Fed. Kevin Rusher, pendiri ekosistem pinjaman real-world asset (RWA) RAAC, mengatakan pemangkasan suku bunga akan membuka jalan bagi dana besar mengalir ke pasar.
“Dimulainya kembali siklus pemangkasan bisa membuka US$7,2 triliun dana yang kini parkir di money market funds, serta triliunan dolar di utang hipotek,” jelasnya. Menurutnya, sebagian likuiditas itu berpotensi mengalir ke investasi alternatif, termasuk DeFi dan token berbasis RWA.
Dampak pada Ethereum, Solana, dan Bitcoin
Alice Liu, Head of Research di CoinMarketCap, menyoroti bahwa aset kripto berkapitalisasi menengah seperti Ethereum (ETH) dan Solana (SOL) lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dibanding Bitcoin.
“ETH dan SOL diperdagangkan layaknya saham teknologi pertumbuhan. Mereka lebih peka terhadap likuiditas dan selera risiko,” katanya.
Liu menambahkan, token DeFi bisa menjadi lebih menarik ketika suku bunga turun, karena aktivitas pinjam-meminjam dan DEX cenderung meningkat.
Baca Juga: Bitcoin Terpengaruh September Effect, Ini proyeksinya hingga akhir 2025
Meski demikian, Bitcoin (BTC) tetap dipandang sebagai aset kripto berkualitas tinggi yang kurang sensitif terhadap perubahan suku bunga, namun bisa bergerak tajam ketika terjadi kejutan kebijakan moneter.
Prospek Jangka Panjang: Emas dan Bitcoin Diuntungkan
Laporan The Kobeissi Letter menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga oleh The Fed biasanya mendukung pasar saham dan aset berisiko dalam jangka panjang.
“Setiap kali The Fed memangkas suku bunga dalam kondisi indeks S&P 500 berada dekat rekor tertinggi, hasilnya 20 dari 20 kali selalu positif setahun kemudian,” tulis laporan itu.
Hal ini sejalan dengan reli harga emas dan Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir. Kedua aset tersebut dianggap sudah mulai “memperhitungkan” kebijakan suku bunga lebih rendah di tengah kondisi ekonomi yang panas.