Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pergerakan mata uang global cenderung tertahan pada awal perdagangan Senin (15/12/2025) seiring pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang keputusan sejumlah bank sentral utama pekan ini serta rilis data ekonomi penting Amerika Serikat (AS).
Dolar AS masih tertekan, sementara euro dan pound sterling relatif stabil, dengan perhatian pasar tertuju pada arah suku bunga di berbagai ekonomi utama menjelang pergantian tahun.
Baca Juga: Berkshire Hathaway Masuki Era Baru Pasca Buffett, dan Implikasinya bagi Investor
Pada perdagangan awal Asia, mayoritas mata uang bergerak dalam rentang sempit. Investor bersiap menghadapi pekan padat agenda, termasuk rilis data inflasi AS dan laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls yang menjadi acuan pasar.
Yen Jepang nyaris tidak berubah setelah survei bank sentral menunjukkan sentimen bisnis produsen besar Jepang mencapai level tertinggi dalam empat tahun. Yen tercatat melemah tipis 0,1% ke level 155,94 per dolar AS.
Hasil survei tersebut memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga akhir pekan ini. Fokus pasar tertuju pada panduan Gubernur Kazuo Ueda terkait jalur kenaikan suku bunga ke depan.
“Kami memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga kebijakan ke 1% pada Juli tahun depan,” tulis analis Societe Generale.
Mereka juga memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga dalam pengumuman kebijakan pada Jumat.
Baca Juga: Australia Dikejutkan Penembakan Massal di Sydney, 16 Korban
Menurut Societe Generale, setelah suku bunga mencapai 1%, BOJ akan memasuki wilayah kebijakan yang belum pernah ditempuh sebelumnya, sehingga kenaikan lanjutan kemungkinan dilakukan bertahap sebesar 25 basis poin dengan jeda sembilan bulan hingga satu tahun.
Selain BOJ, pasar juga menantikan keputusan suku bunga Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB).
Pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan pemangkasan suku bunga oleh BoE, seiring inflasi Inggris yang masih tinggi mulai menunjukkan tren penurunan.
Sementara itu, ECB diperkirakan mempertahankan suku bunga, meski spekulasi pasar mulai mengarah pada potensi kenaikan suku bunga pada 2026.
Pound sterling melemah 0,17% ke US$1,3359, sementara euro turun 0,09% ke US$1,1730.
“Keputusan BoE akan sangat menarik dan kemungkinan sangat berimbang,” kata Joseph Capurso, kepala riset valuta asing dan geoekonomi Commonwealth Bank of Australia.
Baca Juga: Jose Antonio Kast Menangi Pilpres Chile, Arah Politik Bergeser ke Kanan
Ia menilai rilis data inflasi Inggris pekan ini berpotensi memengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan.
Data inflasi Inggris dijadwalkan rilis pada Rabu.
Dari AS, sejumlah data ekonomi yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan akan dirilis pekan ini, memberikan gambaran terbaru kondisi ekonomi terbesar dunia.
Laporan ketenagakerjaan AS untuk November dijadwalkan rilis Selasa (16/12/2025), sementara data inflasi akan keluar pada Kamis.
Indeks dolar terhadap sekeranjang mata uang utama bertahan di 98,43, tidak jauh dari level terendah hampir dua bulan yang tercapai pekan lalu.
Dolar Australia melemah 0,11% ke US$0,6647, sementara dolar Selandia Baru menguat 0,08% ke US$0,5807.
Baca Juga: China–Arab Saudi Sepakat Perkuat Koordinasi Isu Regional dan Global
Pekan lalu, Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin di tengah kekhawatiran pelemahan pasar tenaga kerja.
Namun, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan ruang penurunan suku bunga lanjutan dalam waktu dekat terbatas, sembari menunggu kejelasan data ekonomi.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat (13/12) bahwa ia condong memilih mantan Gubernur The Fed Kevin Warsh atau Direktur Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett untuk memimpin bank sentral AS tahun depan.













