Sumber: TASS | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Jumlah penerbangan pesawat mata-mata NATO dan AS di dekat Semenanjung Krimea meningkat 60% setelah insiden di Selat Kerch pada 2018, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Andrei Kartapolov mengatakan pada Kamis (18/3).
Kehadiran militer NATO di wilayah Laut Hitam tumbuh tajam setelah reunifikasi Krimea dengan Rusia. "Kapal perang, pesawat pengintai, dan drone Amerika Serikat secara teratur mendekati perbatasan Rusia," katanya, seperti dikutip TASS.
"Setelah provokasi Angkatan Laut Ukraina di Kerch pada November 2018, aktivitas NATO di wilayah tersebut semakin meningkat," ujar dia dalam diskusi meja bundar tentang reunifikasi Krimea dengan Rusia.
"Jumlah penerbangan pesawat mata-mata (NATO) telah meningkat sebesar 40% di wilayah tersebut (Selat Kerch) dan 60% dekat Semenanjung Krimea," ungkap Kartapolov.
Pada 25 November 2018, Rusia mengklaim tiga kapal perang Ukraina melanggar aturan lintas batas dari Laut Hitam ke Laut Azov.
Baca Juga: Rusia siaga, lacak kapal perang Spanyol yang memasuki Laut Hitam
Rusia menyebut, kapal perang Ukraina secara ilegal melintasi perbatasan negara Rusia, masuk tanpa izin ke perairan teritorial Rusia, dan melakukan manuver berbahaya.
Meski mendapat peringatan berulang dan perintah untuk berhenti, kapal perang Ukraina terus melanggar hukum, yang mendorong pasukan Rusia menggunakan tembakan untuk memaksa mereka berhenti.
Akibatnya, ketiga kapal perang dan 24 pelaut Ukraina ditahan. Kasus pidana dibuka atas pelanggaran perbatasan negara Rusia.
Pada tahun yang sama, Dinas Keamanan Ukraina menyita dua kapal Rusia: kapal penangkap ikan Nord dan kapal tanker Mechanic Pogodin.
Pada 25 Juli 2019, Dinas Keamanan Ukraina menahan kapal tanker Rusia Nika Spirit di Pelabuhan Izmail Laut Hitam di Wilayah Odessa, tempat kapal itu melakukan perbaikan.