Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Pasukan Hamas dan Israel terlibat dalam pertempuran jarak dekat di Kota Gaza pada hari Rabu (8/11). Situasi ini terjadi ketika ribuan warga sipil mulai melarikan diri ke wilayah selatan Jalur Gaza.
Mengutip Reuters, militer Israel mengatakan pasukannya telah maju ke jantung Kota Gaza yang merupakan benteng utama Hamas sekaligus kota utama di Jalur Gaza.
Sementara itu, militan Hamas mengklaim telah memberikan kerugian besar bagi tentara Israel. Sayap bersenjata Hamas juga merilis sebuah video yang menunjukkan pertempuran jalanan yang intens di Kota Gaza.
Baca Juga: Sekjen PBB: Korban Sipil Terlalu Tinggi, Ada yang Salah dengan Taktik Israel
Dilaporkan bahwa tank-tank Israel mendapat perlawanan sengit dari pejuang Hamas yang memanfaatkan terowongan bawah tanah untuk melakukan penyergapan.
Salah satu video yang dirilis Hamas menunjukkan para pejuang berlari melewati tumpukan puing dan berhenti untuk menembakkan rudal ke arah tank Israel.
Seorang komandan Hamas, Saleh al-Arouri, mengatakan bahwa pasukan Israel mungkin menguasai beberapa wilayah di Gaza, namun Hamas akan terus memberikan perlawanan.
Baca Juga: Badan HAM PBB Sebut Israel & Kelompok Bersenjata Palestina Lakukan Kejahatan Perang
"Israel mungkin menguasai wilayah Gaza, tetapi itu tidak akan menghentikan perjuangan perlawanan melawan tentara dan tank. Semakin banyak tentara Israel menyebar dan memperluas wilayahnya, semakin besar kerugiannya," kata al-Arouri dalam wawancara dengan kanal televisi yang berafiliasi dengan Hamas, Al-Aqsa TV.
Sementara itu, juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan para mekanik perangnya menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan Hamas yang membentang ratusan kilometer di bawah Gaza.
Hagari mengklaim pihaknya telah berhasil menghancurkan 130 terowongan.
Hingga hari Rabu waktu setempat, otoritas kesehatan Palestina mengatakan 10.569 orang telah terbunuh, dengan 40% di antaranya adalah anak-anak. Israel mengklaim serangan Hamas telah menewaskan 1.400 orang yang sebagian besar adalah warga sipil.