Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Sedikitnya, 136 warga sipil tewas, termasuk 13 anak-anak, dan 400 lainnya terluka sejak Rusia menginvasi Ukraina pekan lalu, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengungkapkan pada Selasa (1/3).
"Jumlah korban sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi," kata Liz Throssell, juru bicara OHCHR, yang menambahkan, 253 dari korban berada di Wilayah Donetsk dan Lugansk di Ukraina Timur, seperti dikutip Reuters.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) sedang meningkatkan kegiatan di Ukraina sehingga bisa mendukung hingga 3,1 juta orang. "Pasokan makanan hampir habis," ungkap juru bicara WFP Tomson Phiri, Selasa (1/3), seperti dilansir Reuters.
Shabia Mantoo, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), mengatakan, lebih dari 600.000 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Ukraina ke negara-negara tetangga dalam enam hari terakhir sejak invasi Rusia.
Dia menambahkan, ada laporan tentang orang-orang Ukraina yang menunggu hingga 60 jam untuk memasuki Polandia, sementara antrean di perbatasan Rumania mencapai 20 km.
Baca Juga: Inggris: Putin Bisa Hadapi Tuntutan Kejahatan Perang atas Invasi ke Ukraina
Sementara Pemerintah Inggris memperingatkan pada Selasa (1/3): Presiden Rusia Vladimir Putin dan para komandannya bisa menghadapi tuntutan atas kejahatan perang, karena penembakan membabi buta menghantam satu kota di bawah invasi ke Ukraina.
Penembakan di Kharkiv telah menghancurkan sebuah sekolah dan, menurut wali kotanya, menewaskan sedikitnya 11 warga sipil.
Halaman depan surat kabar Inggris memuat foto-foto dua gadis muda yang terbunuh oleh serangan Rusia di Ukraina, dan kata-kata seorang dokter ketika dia mencoba menyelamatkan salah satu dari mereka: "Tunjukkan ini kepada Putin".
Pengadilan Kriminal Internasional melakukan penyelidikan
Menteri Kehakiman Inggris Dominic Raab, mantan jaksa kejahatan perang, mengatakan, Inggris dan sekutunya akan menunggu selama yang diperlukan untuk menindak para pelanggar, menunjuk pada perang tahun 1990-an di bekas Yugoslavia.
"Itulah mengapa kami menjelaskan baik kepada Putin tetapi juga kepada komandan di Moskow, di lapangan di Ukraina, bahwa mereka akan bertanggun jawab atas segala pelanggaran hukum perang," katanya kepada Sky News, seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Menlu Rusia Mengatakan Ada Bahaya Ukraina Memperoleh Senjata Nuklir
Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag, Senin (28/2), menyatakan, sedang menyelidiki setelah menemukan "dasar yang masuk akal" untuk mencurigai dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Ukraina sejak Rusia merebut Semenanjung Krimea pada 2014.
Bagi Putin, para jenderal dan tentara Rusia, "ada risiko yang sangat nyata bahwa mereka akan berakhir di dok pengadilan di Den Haag," Raab menambahkan di televisi BBC, seperti dilansir Channel News Asia
“Jika dan ketika ICC memutuskan untuk mengambil tindakan, saya yakin Inggris dan sekutunya ingin mendukung mereka secara praktis, secara logistik,” imbuh dia.
Amnesty International mengungkapkan, bom kluster Rusia menghantam sebuah gedung prasekolah di Timur Laut Ukraina pada Jumat (25/2) pekan lalu yang digunakan untuk melindungi warga sipil, menewaskan tiga orang termasuk seorang anak.
Kepala Amnesty International Agnes Callamard menyebutkan, serangan "stomach-turning (mengerikan)" di Kota Okhtyrka "harus diselidiki sebagai kejahatan perang".