Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Direktur rumah sakit Al Shifa, Muhammad Abu Salmiya, kepada Al Jazeera mengatakan, lima bayi berada dalam kondisi yang sangat serius.
"Kami berusaha menjaga mereka tetap hidup, membungkus mereka dengan plastik, menaruh botol air panas di dekat mereka agar mereka tetap hidup, upaya kami adalah apa yang membuat mereka tetap hidup."
Komunikasi dengan organisasi luar telah terputus dan permintaan untuk mengevakuasi mereka yang berada dalam kondisi paling parah tidak terjawab, katanya.
"Tidak ada apa-apa di rumah sakit kecuali lebih banyak mayat, tidak ada kebutuhan hidup di rumah sakit, tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada oksigen, tidak ada makanan. Tentara Israel berkeliaran dengan bebas di rumah sakit. Rumah sakit dikepung dari segala penjuru, tank-tank mengepung kami dari segala penjuru."
Baca Juga: Surat Osama bin Laden Viral di TikTok, Berisi Pembenaran untuk Menyerang AS
Rumah sakit terakhir yang masih berfungsi penuh di bagian utara Gaza, Al Ahli, terpaksa menutup bagian bedah setelah kehabisan obat bius.
Ahli bedah Inggris-Palestina Ghassan Abu Sitta, yang melarikan diri dengan berjalan kaki ke selatan, mengatakan kepada Reuters bahwa ia telah memutuskan untuk pergi karena ia tidak berdaya lagi untuk menolong pasien.
"Ini merupakan mimpi buruk yang nyata - meninggalkan 500 orang yang terluka dan mengetahui bahwa tidak ada lagi yang bisa Anda lakukan untuk mereka, ini merupakan hal yang paling memilukan yang pernah saya lakukan," kata Abu Sitta melalui telepon.