Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. PBB menyatakan pada Selasa (7/7), kejahatan perang, dan mungkin kejahatan kemanusian, terjadi pada pertempuran di Provinsi Idlib yang dikuasai oposisi Suriah.
Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB tentang Suriah mengatakan, warga sipil ikut merasakan dampak yang di luar perkiraan selama pertempuran terjadi di Suriah pada 2019 lalu.
"Anak-anak ditembaki di sekolah, orangtua ditembaki di pasar, pasien ditembaki di rumahsakit, dan keluarga yang melarikan diri dibombardir dengan kejam," ungkap Ketua Komisi PBB Paulo Pinheiro seperti dikutip Al Jazeera.
Rezim Bashar al-Assad yang mendapat dukungan dari Rusia pada Desember tahun lalu meluncurkan serangan ke wilayah Idlib. Saat itu, Idlib dikuasai oleh kelompok bersenjata Hay'et Tahrir al-Sham (HTS).
Baca Juga: PBB: Serangan udara Suriah dan Rusia atas warga sipil merupakan kejahatan perang
Berdasarkan laporan yang masuk ke PBB, serangan tersebut menyebabkan setidaknya satu juta orang mengungsi dan lebih dari 500 warga sipil tewas.
"Kami sudah berkali-kali mengatakan, kalau Idlib adalah bom waktu. Laporan terbaru kami sudah cukup jelas menjabarkan apa yang terjadi di sana," kata Pinheiro.
"Orang-orang di Idlib kini terjebak, terluka oleh pertempuran dan penyalahgunaan wewenang oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik, dan dipaksa hidup dalam bayang-bayang teror," tambahnya.
Sampai saat ini, sudah tercatat ada sebanyak 52 serangan dari semua pihak yang menyebabkan korban sipil serta kerusakan infrastruktur sipil yang sangat parah.
Baca Juga: Putin kecam Amerika Serikat yang jatuhkan sanksi baru atas Suriah
Beberapa serangan yang memperihatinkan seperti 17 serangan yang berdampak pada rumahsakit dan fasilitas medis, 14 serangan berefek ke sekolah, 9 serangan di pasar, dan 12 lainnya menyerang rumah-rumah warga sipil.
Dalam laporannya, PBB menandai serangan tersebut sebagai bentuk kejahatan perang yang perlu dan wajib ditindaklanjuti. Kedua belah pihak, baik pemerintah maupun oposisi Suriah, diduga terlibat dalam kejahatan perang berskala besar itu.