Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - ISLAMABAD. Militer Pakistan melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat pembajakan kereta di wilayah pegunungan barat daya negara itu telah meningkat menjadi 31.
Militer juga kembali menuding India dan Afghanistan sebagai pihak yang mendukung kelompok militan yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kelompok separatis Baloch Liberation Army (BLA) mengklaim bertanggung jawab atas pembajakan Jaffar Express pada Selasa lalu.
Baca Juga: Pemerintah Impor Daging Kerbau dari Pakistan
Dalam serangan itu, mereka meledakkan rel kereta dan menyandera penumpang dalam kebuntuan selama sehari penuh dengan pasukan keamanan di sebuah jalur pegunungan terpencil di provinsi Balochistan.
Juru bicara militer Mayor Jenderal Ahmad Sharif Chaudhry dalam konferensi pers di Islamabad pada Jumat (14/3) mengatakan, “Kami memiliki bukti bahwa semua jaringan terorisme di Pakistan bermuara ke Afghanistan.”
Chaudhry juga menuding India sebagai sponsor utama kelompok pemberontak tersebut.
Islamabad telah lama menuduh New Delhi dan Kabul menyediakan dana, sumber daya, senjata, serta tempat pelatihan bagi pemberontak di Balochistan, provinsi yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran.
Namun, baik India maupun Afghanistan telah membantah tuduhan tersebut dan menyebut bahwa pemberontakan di wilayah itu adalah masalah internal Pakistan.
Chaudhry menjelaskan bahwa jumlah korban tewas terdiri dari 18 tentara, tiga pegawai kereta api, dan lima warga sipil yang menjadi sandera selama lebih dari 24 jam.
Baca Juga: Pakistan Kembangkan Kemampuan Rudal Balistik Jarak Jauh, Jadi Ancaman Baru bagi AS
Selain itu, lima tentara lainnya juga tewas dalam operasi penyelamatan yang berhasil menewaskan 33 pemberontak. Sebanyak 354 sandera telah berhasil diselamatkan.
Meskipun kelompok pemberontak mengklaim masih menahan sandera, Chaudhry menegaskan bahwa tidak ada bukti yang mendukung pernyataan tersebut.
Militer Pakistan juga memastikan bahwa pengepungan telah berakhir.
BLA merupakan kelompok separatis terbesar dan terkuat di antara beberapa kelompok etnis Baloch yang telah berjuang selama puluhan tahun untuk memperoleh kemerdekaan bagi provinsi yang kaya sumber daya mineral tersebut.
Wilayah Balochistan juga menjadi lokasi sejumlah proyek besar yang dipimpin oleh China, termasuk pelabuhan serta tambang emas dan tembaga.