Sumber: AP | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. PBB pada Senin (19/4) memastikan, pemberontak Houthi di Yaman telah setuju untuk tidak lagi menggunakan tentara anak dalam serangkaian aksinya. Selama tujuh tahun ke belakang, ribuan tentara anak telah menjadi bagian aktif dalam perang Yaman.
Dilansir dari Associated Press (AP), Houthi kini telah menandatangani rencana aksi yang disusun PBB untuk mengakhiri dan mencegah perekrutan atau penggunaan anak-anak dalam konflik bersenjata.
Termasuk di dalamnya juga aturan mengenai larangan membunuh atau melukai anak-anak serta menyerang sekolah dan rumahsakit.
Baca Juga: Perbatasan Pakistan-Afghanistan Memanas, Korban Sipil Mulai Berjatuhan
Salah satu diplomat tinggi Houthi, Abdul Eluh Hajar telah menandatangani perjanjian tersebut secara langsung di New York, AS. Sementara badan anak-anak PBB diwakili oleh Virginia Gamba.
"Rencana aksi harus dilaksanakan sepenuhnya dan mengarah pada tindakan nyata untuk peningkatan perlindungan anak-anak di Yaman. Langkah Houthi ini positif dan menggembirakan. Namun, bagian tersulit dari fase ini dimulai sekarang," kata Gamba.
Ribuan tentara anak telah terlibat dalam perang
PBB mengatakan, ada hampir 3.500 anak telah direkrut dan dikerahkan dalam perang Yaman. PBB juga mencatat, sebanyak 10.200 anak tewas atau cacat.
Pada tahun 2018 lalu, AP menerima laporan dari pejabat militer Houthi yang menyebutkan, pihaknya telah melantik 18.000 tentara anak-anak.
Pada saat itu pula, seorang juru bicara militer Houthi membantah perekrutan sistematis orang di bawah 18 tahun dan mengatakan, ada perintah untuk menolak anak-anak yang mencoba bergabung.
Baca Juga: Militer Turki Gempur Gerilyawan Kurdi di Irak dari Darat dan Udara
Perang Yaman berkobar sejak tahun 2014 ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran merebut Kota Sanaa dan mengasingkan pemerintah.
Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi akhirnya memasuki perang pada tahun 2015 dengan tujuan untuk mengembalikan pemerintahan yang sah ke kursi kekuasaan.
Pemantau perang memperkirakan, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 14.500 penduduk sipil. Secara keseluruhan, sudah ada 150.000 orang yang tewas dalam tujuh tahun perang berlangsung.
Awal bulan ini, dua pihak yang berselisih setuju untuk melakukan gencatan senjata nasional pertama dalam enam tahun. Gencatan senjata selama dua bulan ini dimulai selama bulan suci Ramadan.
Gencatan senjata ini sekaligus membuka peluang pembicaraan damai antara kedua pihak. Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi, yang mengundurkan diri pekan lalu, mengatakan, dewan kepresidenan baru akan menjalankan pemerintahan yang diasingkan dan memimpin negosiasi dengan Houthi.