Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Oncu Keceli, pada Jumat menyatakan bahwa Turki berupaya menghindari ketidakstabilan yang lebih besar di kawasan itu dan memperingatkan bahwa serangan ini dapat merusak kesepakatan de-eskalasi.
Serangan ini menjadi yang terbesar sejak Maret 2020, ketika Rusia dan Turki mencapai kesepakatan untuk meredakan konflik.
Korban Sipil Berjatuhan dalam Pertempuran
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Turki Mencapai 31.643 Orang, Lampaui Gempa 1939
Pada Jumat, televisi pemerintah Suriah membantah klaim pemberontak yang menyebut telah mencapai Aleppo, serta melaporkan bahwa Rusia memberikan dukungan udara kepada militer Suriah.
Militer Suriah mengklaim telah berhasil melawan serangan pemberontak dan menimbulkan kerugian besar di wilayah pedesaan Aleppo dan Idlib.
David Carden, Wakil Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, menyatakan, “Kami sangat prihatin dengan situasi di barat laut Suriah.” Ia menambahkan bahwa serangan selama tiga hari terakhir telah menyebabkan sedikitnya 27 warga sipil tewas, termasuk anak-anak berusia delapan tahun.
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, melaporkan bahwa empat warga sipil, termasuk dua mahasiswa, tewas pada Jumat akibat serangan pemberontak ke asrama mahasiswa di Aleppo. Tidak jelas apakah mereka termasuk dalam 27 korban tewas yang dilaporkan PBB.
Baca Juga: Jadi Korban Gempa Turki, Suriah Minta Bantuan Israel Meski Bermusuhan
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Jumat menyatakan bahwa Moskow menganggap serangan pemberontak sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah. “Kami mendukung otoritas Suriah untuk memulihkan ketertiban konstitusional sesegera mungkin,” ujarnya.