Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) kembali berada dalam sorotan terkait kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, yang sering mengeritik kebijakan keluarga kerajaan Arab Saudi.
Hal itu disampaikan pejabat khusus PBB untuk eksekusi di luar proses hukum Agnes Callamard pada hari Rabu (19/6) ketika merilis laporannya tentang pembunuhan tersebut.
Callamard mengatakan ada "bukti-bukti yang dapat dipercaya" bahwa pejabat tinggi Saudi terlibat dalam pembunuhan "yang direncanakan".
"Khashoggi telah menjadi korban dari eksekusi yang disengaja dan direncanakan sebelumnya, pembunuhan di luar proses hukum di mana negara Arab Saudi bertanggung jawab di bawah hukum HAM internasional," kata Callamard menyimpulkan hasil penyelidikan PBB selama enam bulan.
Agnes Callamard juga menyerukan "sanksi" terhadap putra mahkota Arab Saudi.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menyebut laporan penyelidik PBB "bukan hal yang baru."
"Laporan pejabat di Dewan Hak Asasi Manusia jelas berisi kontradiksi dan tuduhan tidak berdasar yang mempertanyakan kredibilitasnya," tulis Adel al-Jubeir di Twitter.
Laporan PBB tersebut akan disampaikan secara resmi kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang beranggotakan 47 negara termasuk Arab Saudi, pada 26 Juni mendatang.
Kasus 'Dingin dan Mengerikan'
Agnes Callamard yang memimpin penyelidikan internasional atas pembunuhan di konsulat Saudi di Istanbul mengunjungi Turki pada Februari lalu. Dia mengatakan bahwa penyidik Turki terhambat dalam penyelidikan mereka atas pembunuhan Khashoggi di Istanbul.
"Bukti yang dikumpulkan selama misi saya ke Turki menunjukkan bahwa Khashoggi adalah korban pembunuhan brutal dan terencana, yang direncanakan dan dilakukan oleh pejabat negara Arab Saudi," tandasnya.
Para penyelidik PBB tidak dapat menemukan jenazah Khashoggi, tetapi memiliki akses ke beberapa "rekaman audio yang mengerikan" yang diperoleh dari otoritas Turki, kata Callamard.
"Kurangnya transparansi"
Jamal Khashoggi adalah jurnalis yang menulis untuk harian terkemuka AS The Washington Post dan sering mengeritik keluarga penguasa Arab Saudi, terbunuh pada 2 Oktober 2018 di konsulat Arab Saudi di Istanbul. Dia sendiri tinggal di AS dan saat itu berada di Turki untuk mengambil dokumen persiapan pernikahan dengan pasangannya yang berasal dari Turki.
Pembunuhan itu memicu kritik internasional. Pihak Arab Saudi awalnya membantah bahwa dia telah terbunuh dan mengatakan Khashoggi sudah meninggalkan gedung konsulat. Namun akhirnya Arab Saudi mengakui Khashoggi terbunuh di dalam gedung konsulat, tetapi membantah keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Pada bulan Januari lalu, pemerintah Saudi membuka sidang pengadilan pembunuhan di Riyadh, dengan 11 tersangka dan menjatuhkan hukuman mati bagi lima tersangka. Pemerintah Turki nmenuntut agar Arab Saudi mengekstradisi para tersangka untuk diproses di Turki, namun Arab Saudi berulang kali menolak permintaan itu.
Ketua tim penyelidik PBB Agnes Callamard mengecam kurangnya transparansi dalam persidangan para pembunuh Jamal Khashoggi di Arab Saudi.