kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Pemerintah Kongo cabut koneksi internet dan SMS usai pemilu yang bergejolak


Selasa, 01 Januari 2019 / 21:31 WIB
Pemerintah Kongo cabut koneksi internet dan SMS usai pemilu yang bergejolak
ILUSTRASI. Ponsel Nokia 3310


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - KINSHASA. Pemerintah Republik Demokratik Kongo telah memutus koneksi internet dan layanan SMS di seluruh negeri selama dua hari berturut-turut hingga Selasa (1/1), ketika negara Afrika tersebut menunggu hasil dari pemilihan presiden yang berujung dengan kekacauan pada akhir pekan lalu.

Seperti diwartakan Reuters, baik pihak oposisi maupun koalisi yang berkuasa telah mengklaim bahwa mereka berada di jalur yang tepat untuk memenangkan pemilu yang penuh gejolak pada hari Minggu. Di mana banyak warga Kongo tidak dapat memilih karena wabah Ebola, konflik dan masalah logistik.

Barnabe Kikaya bin Karubi, penasihat senior Presiden Joseph Kabila, mengatakan layanan internet dan SMS dipotong untuk menjaga ketertiban umum setelah "hasil fiktif" mulai beredar di media sosial. "Hal tersebut bisa membawa kita kepada kekacauan," kata Kikaya. Ia menambahkan jaringan internet akan tetap terputus sampai publikasi hasil lengkap pada 6 Januari nanti.

Sinyal dari Radio France Internationale (RFI) yang merupakan salah satu sumber berita paling populer di Kongo, juga ikut terseret. Pemerintah setempat mencabut akreditasi koresponden utama RFI di negara itu pada Senin malam karena menayangkan hasil tidak resmi versi oposisi.

Berbagai langkah tersebut mencerminkan ketegangan tinggi di Kongo, di mana pemilihan yang telah lama tertunda itu dimaksudkan untuk memilih pengganti Kabila, yang akan mundur bulan depan setelah 18 tahun berkuasa.

Warga Kongo tidak pernah melihat pemindahan kekuasaan secara demokratis sebelumnya. Dan hasil perselisihan apa pun dapat menyebabkan terulangnya kekerasan yang mengikuti pemilihan pada 2006 dan 2011 serta gangguan keamanan yang lebih luas di provinsi-provinsi timur yang bergejolak.

Pihak oposisi mengatakan pemilihan itu dirusak oleh aksi penipuan, dan menuduh Kabila berencana untuk memerintah dari luar negeri melalui kandidat pilihannya, yakni mantan menteri dalam negeri Emmanuel Ramazani Shadary.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×