Reporter: Dyah Megasari |
BEIJING. Produsen minuman bersoda terbesar di dunia, Coca-Cola mengumumkan pertumbuhan penjualan di China melambat. Penyebabnya adalah ekonomi Beijing yang sedang tertekan resesi global. Perlambatan itu diperkirakan akan berlanjut.
Tanda-tanda pelannya kinerja Coca-Cola terlihat di kuartal III 2012. Penjualan pada kuartal tersebut hanya tumbuh 2%. Turun drastis dari triwulan sebelumnya yang bisa tumbuh hingga 7%.
China dinilai sebagai negara dengan pasar konsumen yang mencatat pertumbuhan paling cepat di antara negara lainnya. Negeri Tirai Bambu tersebut juga merupakan kunci bisnis perusahaan.
Dalam periode tersebut, secara keseluruhan Coca-Cola membukukan laba bersih sebesar US$ 2,3 miliar. Naik 4% dari periode yang sama dari tahun sebelumnya.
"Dalam enam bulan ke depan, ekonomi China akan melambat. Hal itu pasti berimbas pada industri dan bisnis kami," jelas Muhtar Kent, Chief Executive Coca-Cola.
Di luar perlambatan China, Asia masih akan menjadi fokus utama ekspansi Coca-Cola. Beberapa negara yang mencatat pertumbuhan memuaskan adalah Thailand sebesar 19% dan India 15%.
Coca-Cola berkomitmen untuk meningkatkan investasi di sejumlah negara untuk memperluas market share. Awal tahun ini, perusahaan mengumumkan akan menanam US$ 5 miliar di India untuk periode delapan tahun. Produsen minuman ringan ini juga masuk kembali ke Burma setelah 60 tahun meninggalkan negeri itu karena sanksi politik.