Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Data terbaru yang terbit di jurnal The Lancet Infectious Diseases menunjukkan bahwa vaksin telah berhasil mencegah setidaknya 20 juta kematian akibat Covid-19 di tahun pertama peluncurannya.
Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah kematian yang bisa dicegah berada di negara kaya. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan yang jelas terlihat di periode awal peredaran vaksin Covid-19.
Melansir Bloomberg, data tersebut juga menunjukkan bahwa sekitar satu dari lima orang yang meninggal karena Covid-19 di negara-negara miskin seharusnya bisa diselamatkan jika target WHO tercapai.
Vaksin Covid-19, yang didistribusikan oleh perusahaan seperti Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca, disebut telah berhasil memangkas jumlah pasien rawat inap dan kematian. Hingga saat ini diperkirakan suda ada lebih dari 12 miliar dosis yang tersebar secara global.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Global Lanjutkan Penurunan, tapi Melonjak di 3 Kawasan Ini
"Upaya vaksinasi global adalah pencapaian luar biasa, dan secara fundamental mengubah bagaimana pandemi telah berkembang. Namun, kita perlu memahami bagaimana kita bisa melakukan yang lebih baik di lain waktu karena akan ada pandemi berikutnya," kata Dr. Oliver Watson, seorang peneliti Imperial College London yang ikut menulis penelitian tersebut.
Di saat yang sama, penelitian juga menyebut ada lebih dari 3,5 juta kematian akibat Covid-19 sejak dosis pertama diberikan pada Desember 2020 lalu.
Negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas menyumbang jumlah kematian terbesar yang dicegah, yaitu sebanyak lebih dari 12 juta.
Para peneliti menilai bahwa setidaknya 599.300 kematian lainnya dapat dihindari jika target vaksinasi 40% dari populasi di setiap negara dengan dua dosis atau lebih pada akhir 2021 tercapai.
Baca Juga: G20 Berencana Kumpulkan Dana Persiapan Pandemi Sebesar US$ 1,5 Miliar Tahun Ini
Lebih dari tiga perempat kematian yang dapat dihindari disebabkan oleh perlindungan langsung yang diberikan oleh vaksin. Sisanya, dicegah secara tidak langsung lewat mudahnya akses medis karena pasien rawat inap semakin sedikit.
Di sisi lain, Dr. Alison Galvani dari Yale University School of Public Health mengatakan bahwa tidak meratanya akses menuju vaksin dapat memicu munculnya varian Covid-19 baru. Pada akhirnya, vaksin yang tidak mampu memberi perlindungan dan menyebabkan gelombang kematian baru.
"Rintangan logistik, keragu-raguan dan kesalahan informasi di negara kaya dan miskin telah menghambat peluncuran vaksin. Jutaan nyawa tambahan dapat diselamatkan dengan distribusi yang lebih adil," kata Galvani.