Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat semakin yakin bahwa China akan menjadi rival utamanya dalam hal kepemilikan hulu ledak nuklir. China kini diprediksi akan memiliki hingga 1.000 hulu ledak nuklir pada tahun 2030 mendatang.
Laporan terbaru Pentagon, yang dirilis hari Rabu (3/11), dengan terbuka mengungkapkan bahwa perkembangan senjata nuklir China saat ini lebih cepat dari perkiraan. Hal tersebut dianggap bisa segera mempersempit kesenjangan dengan Amerika Serikat.
Dilansir dari Channel News Asia, Pentagon menduga China dapat memiliki 700 hulu ledak nuklir hingga tahun 2027, dan melonjak hingga 1.000 pada tahun 2030. Jumlah itu diakui dua setengah kali lebih banyak dari yang diprediksi Pentagon tahun lalu.
Baca Juga: Masih mendominasi, Rusia dan AS menyumbang 86% hulu ledak nuklir global
Tahun lalu, Pentagon mengatakan China memiliki sekitar 200 hulu ledak yang dapat dikirim dan akan menggandakannya pada tahun 2030. Dalam beberapa bulan terakhir, peneliti menerbitkan foto-foto satelit dari silo rudal nuklir baru di China barat.
"Republik Rakyat China berinvestasi pada, dan memperluas, jumlah platform pengiriman nuklir berbasis darat, laut, dan udara dan membangun infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung ekspansi besar kekuatan nuklirnya," ungkap Pentagon.
Semua penilaian tersebut dituangkan dalam laporan tahunan Departemen Pertahanan AS kepada Kongres tentang perkembangan militer China.
Pentagon juga mengatakan bahwa China sepertinya tidak akan berusaha meluncurkan serangan nuklir tanpa alasan kepada musuh yang juga memiliki senjata nuklir, termasuk Amerika Serikat.
Sebaliknya, China dinilai akan menyiapkan persenjataannya hanya untuk memperkuat kemampuan balasannya serta sebagai upaya pencegahan.
Rival utama AS
Pentagon telah menyatakan China sebagai perhatian keamanan utamanya di masa depan. Perhatian semakin tinggi setelah China berjanji untuk menjadikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) miliknya sebagai pasukan kelas dunia pada tahun 2049.
Baca Juga: Putin mengakui perlombaan senjata antara Rusia dan AS sedang berlangsung