Sumber: Arab News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Kunjungan kepala NATO Jens Stoltenberg ke Turki, bertepatan dengan munculnya rekaman yang menunjukkan transit sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia melalui kota Samsun di Laut Hitam pada hari Selasa (6/10/2020) menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara prioritas pertahanan Turki dan keamanan aliansi transatlantik.
Mengutip Arab News, pemerintah Turki mengumumkan pada hari yang sama bahwa mereka akan menutup wilayah udara utara selama 10 hari karena latihan S-400 dan drone di Sinop.
Rekaman tersebut muncul sehari setelah Stoltenberg memperingatkan bahwa pembelian kontroversial Ankara atas sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 menimbulkan risiko nyata bagi pesawat sekutu dan dapat mengakibatkan sanksi AS.
AS belum mengomentari rencana Turki, tetapi mengecualikannya tahun lalu dari program jet tempur F-35 generasi kelima setelah negara itu menerima gelombang pertama sistem pertahanan Rusia.
Baca Juga: Perang Armenia-Azerbaijan, Rusia sebut banyak kelompok teror datang ke pusat konflik
"Keputusan Turki untuk menguji sistem rudal S-400 segera setelah kunjungan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, tentu saja, sangat tidak menyenangkan bagi sekutu NATO-nya," kata pakar politik luar negeri Turki Matthew Goldman, dari Swedish Research Institute di Istanbul, kepada Arab News.
“Stoltenberg berada di Turki untuk mencoba menenangkan ketegangan Turki-Yunani, tetapi juga mendesak Turki untuk menahan diri dari mengaktifkan sistem S-400, memperingatkan bahwa ini dapat memicu sanksi Amerika terhadap Turki," paparnya.
Baca Juga: Ketegangan meningkat, ketua Kadin Arab Saudi serukan boikot produk Turki
Namun Goldman mengatakan, dengan melanjutkan pengujian sistem S-400 pada hari ini, saat Stoltenberg berada di Athena, mengirimkan sinyal kuat bahwa Turki tidak berminat untuk menyerah pada tekanan dari sekutu NATO-nya.