Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin mengalami tekanan besar setelah mencapai rekor tertinggi US$109.000 pada Januari lalu.
Data dari firma analitik onchain Glassnode menunjukkan bahwa banyak investor yang membeli di harga puncak kini mulai melakukan panic selling akibat penurunan harga yang signifikan. Bahkan, Glassnode tidak menutup kemungkinan bahwa harga Bitcoin bisa turun hingga US$70.000 jika tren penjualan terus berlanjut.
Investor Jangka Pendek dalam Kepanikan: Apa yang Terjadi?
Dalam laporan pasar yang dirilis pada 11 Maret, Glassnode mengungkapkan bahwa aksi jual dari pembeli utama telah memicu realisasi kerugian yang intens dan peristiwa kapitulasi moderat. Hal ini terjadi karena pemegang jangka pendek—mereka yang memegang Bitcoin kurang dari 155 hari—mulai menjual aset mereka dengan harga rugi.
Baca Juga: Hanya 4% Orang di Dunia yang Punya Bitcoin! Mayoritas di AS
Data dari Bitbo menunjukkan bahwa harga realisasi pemegang jangka pendek (short-term holder realized price) terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir:
-
Oktober 2023: US$62.000
-
Maret 2024: US$91.362 (naik sekitar 47% dalam lima bulan)
Namun, dengan harga Bitcoin saat ini berada di US$81.930 (per data CoinMarketCap), rata-rata pemegang jangka pendek mengalami kerugian belum terealisasi sekitar 10,6%. Glassnode menyebut bahwa momentum pasar dan arus modal kini berbalik negatif, mengindikasikan penurunan kekuatan permintaan serta meningkatnya ketidakpastian investor.
Potensi Bitcoin Turun ke US$70.000: Seberapa Besar Risikonya?
Menurut Glassnode, para pemegang jangka pendek mengalami kerugian signifikan di kisaran harga US$71.300 hingga US$91.900. Jika tekanan jual berlanjut, ada kemungkinan besar bahwa Bitcoin akan membentuk level support sementara di sekitar US$70.000.
Firma riset pasar 10x Research menyebut pergerakan harga ini sebagai “koreksi klasik”, di mana sekitar 70% dari aksi jual terjadi oleh investor yang membeli dalam tiga bulan terakhir. Koreksi ini juga mirip dengan peristiwa Agustus lalu,
ketika Bitcoin jatuh dari US$68.000 ke US$49.000 akibat ketidakpastian ekonomi, data ketenagakerjaan yang buruk di AS, dan pertumbuhan lambat pada saham teknologi utama.
Baca Juga: El Salvador Tak Gentar, Terus Borong Bitcoin di Tengah Ancaman IMF
Sementara itu, Arthur Hayes, salah satu pendiri BitMEX, memperkirakan bahwa Bitcoin mungkin akan menguji kembali level US$78.000, dan jika gagal bertahan, bisa turun lebih jauh ke US$75.000.
Kondisi Pasar Global dan Dampaknya terhadap Bitcoin
Penurunan Bitcoin baru-baru ini terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS. Pada 11 Maret, pasar AS sempat mengalami gejolak setelah mantan Presiden Donald Trump menolak untuk mengesampingkan kemungkinan resesi di Amerika Serikat.
Meskipun demikian, pasar mulai stabil kembali, yang mendorong Bitcoin untuk naik 7,5% dalam 24 jam terakhir.