Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Baik tarif ditetapkan pada 60% atau 100%, dampak perang dagang AS akan sangat menghancurkan bagi Tiongkok. Perekonomian sudah bergulat dengan krisis properti dan perlambatan belanja konsumen.
Para ekonom memperingatkan tarif 60% akan menghilangkan jutaan pekerjaan, memberikan pukulan telak bagi target pertumbuhan Presiden Xi Jinping, dan menabur benih keresahan sosial yang besar.
“Tarif 25% memang menyakitkan, tetapi tarif tersebut dapat menyerapnya. Tarif 60% pasti akan jauh lebih menyakitkan, dan akan ada kelompok yang akan lebih merasakannya daripada kelompok lain,” kata Chor.
Menurut Institut Nasional Penelitian Ekonomi dan Sosial (Niesr), AS adalah mitra dagang terbesar Tiongkok, membeli barang senilai US$ 427 miliar tahun lalu. Angka ini sekitar 15% dari total ekspor Tiongkok dan bernilai sekitar 3% dari PDB nasionalnya.
Tonton: Xi Jinping Minta Jerman Bantu Masalah Tarif Uni Eropa atas Kendaraan Listrik China
AS membeli segala macam barang. Namun, impor terbesar dari Tiongkok adalah barang elektronik, boiler, mesin, furnitur, plastik, dan kendaraan bermotor.
Menurut Duncan Wrigley, kepala ekonom Tiongkok di Pantheon Macroeconomics, jika Trump mengenakan tarif 60 persen, harga hampir pasti akan naik. Akibatnya, warga Amerika akan membeli lebih sedikit barang Tiongkok dan perdagangan akan berkurang.
Perusahaan yang bergantung pada AS akan kesulitan menemukan pasar lain untuk menjual produk mereka dalam volume yang sama, tambahnya.
“Akan ada masa transisi yang sangat menyakitkan, yang melibatkan banyak eksportir kecil yang gulung tikar,” kata Wrigley.