CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Perbatasan Dibuka Lagi, China Ucapkan Selamat Tinggal Kebijakan Nol-COVID


Senin, 09 Januari 2023 / 06:53 WIB
Perbatasan Dibuka Lagi, China Ucapkan Selamat Tinggal Kebijakan Nol-COVID
ILUSTRASI. Beijing membuka kembali perbatasan yang telah ditutup sejak dimulainya pandemi COVID-19 pada Minggu (8/1/2023). REUTERS/Thomas Peter


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - HONG KONG/BEIJING. Beijing membuka kembali perbatasan yang telah ditutup sejak dimulainya pandemi COVID-19 pada Minggu (8/1/2023). Seiring dengan hal tersebut, para pelancong mulai mengalir ke China melalui udara, darat, dan laut. Banyak yang menginginkan reuni yang telah lama ditunggu-tunggu.

Melansir Reuters, setelah tiga tahun, China akhirnya membuka penyeberangan laut dan darat dengan Hong Kong dan mengakhiri persyaratan karantina bagi pelancong yang datang. China mencabut pilar terakhir dari kebijakan nol-COVID yang telah melindungi 1,4 miliar orang China dari virus, tetapi juga memutus mereka dari seluruh dunia.

Pelonggaran China selama sebulan terakhir dari salah satu rezim COVID paling ketat di dunia menyusul protes bersejarah terhadap kebijakan yang mencakup seringnya pengujian, pembatasan pergerakan, dan penguncian massal yang sangat merusak ekonomi terbesar kedua tersebut.

Antrean panjang terbentuk di konter check-in bandara internasional Hong Kong untuk penerbangan ke kota-kota daratan termasuk Beijing, Tianjin, dan Xiamen. Sejumlah media Hong Kong memperkirakan ribuan orang menyeberang ke daratan China pada Minggu kemarin.

“Saya sangat senang, sangat senang, sangat bersemangat. Saya sudah bertahun-tahun tidak bertemu orang tua saya," kata warga Hong Kong Teresa Chow saat dia dan puluhan pelancong lainnya bersiap untuk menyeberang ke China daratan dari pos pemeriksaan Lok Ma Chau Hong Kong.

Baca Juga: Asia Tenggara Bersiap Mendulang Cuan dari Wisatawan China

"Orang tua saya tidak dalam keadaan sehat dan saya tidak bisa kembali menemui mereka bahkan ketika mereka menderita kanker usus besar, jadi saya sangat senang bisa kembali dan melihat mereka sekarang," katanya.

Sementara itu, investor berharap pembukaan kembali akan menghidupkan kembali ekonomi bernilai US$ 17 triliun yang mengalami pertumbuhan paling lambat dalam hampir setengah abad. Tetapi pembalikan kebijakan yang tiba-tiba telah memicu gelombang besar infeksi yang membanjiri beberapa rumah sakit dan menyebabkan gangguan bisnis.

Pembukaan perbatasan mengikuti dimulainya "chun yun" pada Sabtu, periode 40 hari perjalanan Tahun Baru Imlek, yang sebelum pandemi merupakan migrasi tahunan terbesar di dunia, karena orang-orang kembali ke kampung halaman mereka atau berlibur bersama keluarga.

Menurut pemerintah China, sekitar 2 miliar perjalanan diprediksi terjadi pada musim ini, hampir dua kali lipat pergerakan tahun lalu dan pulih hingga 70% dari level 2019.

Banyak warga Tionghoa juga diperkirakan akan mulai bepergian ke luar negeri, seperti Thailand dan Indonesia. 

Tetapi beberapa pemerintah - khawatir tentang lonjakan COVID China - memberlakukan pembatasan pada pelancong dari negara tersebut.

Baca Juga: Cadangan Devisa Negara-Negara Utama di Asia Meningkat

Para analis menilai, tingkat perjalanan tidak akan segera kembali ke tingkat sebelum pandemi karena faktor-faktor seperti kelangkaan penerbangan internasional.

Pada hari Minggu kemarin, China kembali mengeluarkan paspor dan visa perjalanan untuk penduduk daratan, dan visa biasa dan izin tinggal untuk orang asing. Informasi saja, Beijing memiliki kuota jumlah orang yang dapat melakukan perjalanan antara Hong Kong dan China setiap hari.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×