kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.794   76,00   0,45%
  • IDX 6.283   314,76   5,27%
  • KOMPAS100 898   54,16   6,42%
  • LQ45 710   40,33   6,03%
  • ISSI 194   8,22   4,43%
  • IDX30 374   21,10   5,98%
  • IDXHIDIV20 452   20,50   4,75%
  • IDX80 102   6,13   6,40%
  • IDXV30 107   5,28   5,20%
  • IDXQ30 124   5,85   4,97%

Percepat akses vaksin Covid-19 di negara miskin, ini yang dilakukan


Jumat, 01 Januari 2021 / 08:05 WIB
Percepat akses vaksin Covid-19 di negara miskin, ini yang dilakukan
ILUSTRASI. WHO pada Kamis (13/12/2020) mendaftarkan vaksin Covid-19 Pfizer dan BioNTech untuk penggunaan darurat. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - ZURICH. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (13/12/2020) mendaftarkan vaksin Covid-19 Pfizer dan BioNTech untuk penggunaan darurat. Ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat akses di negara berkembang.

Reuters memberitakan, Badan kesehatan PBB mengatakan akan bekerja dengan mitra regional untuk memberi tahu otoritas kesehatan nasional tentang suntikan dua dosis dan manfaat yang diharapkan.

WHO menetapkan proses daftar penggunaan darurat (EUL) untuk membantu negara-negara miskin yang minim sumber daya, melalui persetujuan penggunaan obat-obatan penyakit baru seperti Covid-19, yang jika tidak dilakukan, dapat menyebabkan penundaan.

Tinjauan WHO menemukan bahwa vaksin Pfizer/BioNTech memenuhi kriteria "harus dimiliki" untuk keamanan dan manfaat kemanjuran lebih besar daripada risikonya.

Baca Juga: Sebanyak 1,8 juta vaksin Sinovac dari China langsung dibawa ke Bio Farma

“Ini adalah langkah yang sangat positif untuk memastikan akses global ke vaksin Covid-19,” kata Mariangela Simao, pemimpin program akses obat-obatan WHO seperti yang dilansir Reuters.

Dia menambahkan, “Tapi saya ingin menekankan perlunya upaya global yang lebih besar untuk mencapai pasokan vaksin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi prioritas di mana pun.”

Baca Juga: Kebutuhan vaksin COVID-19 bagi rakyat Indonesia diperkirakan mencapai 426 juta dosis

Badan kesehatan PBB, dengan GAVI Vaccine Alliance dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), mempelopori upaya global yang disebut COVAX untuk mengamankan dan mendistribusikan vaksin ke negara-negara miskin, untuk memastikan suntikan tidak hanya ditujukan ke negara-negara kaya.

Aliansi COVAX yang didukung WHO memiliki perjanjian untuk hampir 2 miliar dosis, dengan pengiriman pertama jatuh tempo pada awal 2021. Aliansi tersebut telah melakukan pembicaraan dengan Pfizer dan BioNTech untuk mengamankan vaksin.

Meski begitu, persyaratan penyimpanan dan pengiriman vaksin Pfizer/BioNTech yang menantang, termasuk menjaganya pada suhu minus 70 derajat Celcius, telah membuat pengiriman menjadi tantangan di negara-negara barat, dan dapat menimbulkan rintangan yang lebih besar bagi negara-negara berkembang tanpa infrastruktur yang memadai.

Baca Juga: Panduan WHO: Ini kelompok prioritas pertama penerima vaksin virus corona

Vaksin ini mendapat dukungan regulasi dari Inggris, European Medicines Agency, U.S. Food and Drug Administration, Health Canada, Bahrain, Israel, Kuwait, Meksiko, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Singapura.

Efektivitas vaksin Pfizer dan BioNTech mencapai 95% setelah pemberian dua dosis yang berselang selama 21 hari.

Selanjutnya: Daftar gejala terbaru Covid-19 yang ditemukan, ada delirium hingga ruam kulit



TERBARU

[X]
×