Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NOVY URENGOY. Meski sudah terjalin dengan erat selama beberapa dekade sebagai aliran pendapatan utama bagi Kremlin, perdagangan gas Moskow dengan Eropa tidak mungkin pulih dari kerusakan akibat konflik militer.
Melansir Reuters, setelah "operasi militer khusus" Presiden Vladimir Putin di Ukraina yang dimulai hampir setahun lalu, kombinasi sanksi Barat dan keputusan Rusia untuk memangkas pasokan gas ke Eropa secara drastis mengurangi ekspor energi negara tersebut.
Sanksi terbaru, termasuk pembatasan harga, kemungkinan akan mengganggu perdagangan minyak lebih lanjut. Akan tetapi, lebih mudah untuk menemukan pasar baru untuk produk minyak mentah dan olahan daripada gas.
Perdagangan gas Rusia dengan Eropa didasarkan pada ribuan mil pipa yang dimulai di Siberia dan membentang ke Jerman dan sekitarnya. Hingga tahun lalu, mereka mengunci pembeli Barat ke dalam hubungan pasokan jangka panjang.
"Tentu saja, hilangnya pasar Eropa merupakan ujian yang sangat serius bagi Rusia dalam aspek gas," kata Yury Shafranik, Menteri Bahan Bakar dan Energi Rusia dari 1993 hingga 1996, kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak Naik 8% dalam Sepekan, Dipicu Rencana Pemangkasan Produksi Rusia
Seorang mantan manajer senior di Gazprom menyatakan pencapatnya secara lebih lugas.
"Pekerjaan ratusan orang, yang selama beberapa dekade membangun sistem ekspor, sekarang telah dibuang ke toilet," kata mantan manajer itu kepada Reuters tanpa mau menyebutkan namanya.
Karyawan saat ini, bagaimanapun, mengatakan kondisi itu adalah bisnis seperti biasa.
"Tidak ada yang berubah bagi kami. Kami mendapat kenaikan gaji dua kali tahun lalu," kata seorang pejabat Gazprom, yang tidak berwenang berbicara kepada pers, kepada Reuters di Novy Urengoy.
Kota Arktik sering disebut sebagai "ibu kota gas" Rusia karena dibangun untuk melayani ladang gas terbesar.
Baca Juga: Insentif Harga Gas Bumi Dinilai Membawa Dampak Positif Bagi Produsen Pupuk