kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perempuan miliarder yang utamakan keluarga (4)


Jumat, 24 Februari 2017 / 16:09 WIB
Perempuan miliarder yang utamakan keluarga (4)


Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi

Miliarder dunia Jane LA Goldman memiliki bakat menulis yang mengantarkan dirinya memperoleh harta berlimpah. Kepiawaiannya dalam menulis naskah film, menjadikan pemilik harga US$ 3,1 miliar ini menjadi aset berharga dunia perfilman dunia. Banyak karyanya yang kemudian masuk film box office. Meski sibuk, Goldman tidak pernah melupakan keluarga kecilnya. Dia tetap bersabar, meski salah satu anaknya mengalami penyimpangan perilaku seksual.

Dunia mencatat Jane Loretta Anne Goldman, perempuan asal London, Inggris, masuk kaum miliarder dari harta hasil jerih payahnya sendiri. Goldman memupuk kekayaannya lewat naskah film yang ia buat. Kebanyakan film yang skenarionya ia buat menjadi film box office.

Berbeda dengan teman-teman seusianya, Goldman sudah mulai mencari nafkah sejak usia belia. Sifat pekerja keras tersebut yang pada akhirnya kelak, berbuah manis mendatangkan kekayaan senilai US$ 3,1 miliar bagi Goldman, berdasarkan catatan Forbes.

Pekerjaan pertama yang digeluti Goldman adalah menjadi kolumnis di sebuah majalah hiburan ternama, Daily Star. Tempat ini merupakan awal kariernya menimba ilmu dan mengeksplorasi bakat.

Sampai akhirnya Goldman bertemu tambatan hatinya yang merupakan seorang penyiar, bernama Jonathan Ross. Keduanya kerap disebut sebagai pasangan nyentrik dengan karakter yang blak-blakan. Namun itulah yang membuat pasangan tersebut tampak serasi.

Tidak berlama-lama memadu asmara, keduanya memutuskan menikah saat Goldman berusia 18 tahun. Semenjak menikah, Goldman semakin menunjukkan bakatnya. Ia mulai menulis buku dan novel yang menyasar segmen pembaca remaja. Kehidupan pribadi Goldman kian berwarna pasca dikaruniai tiga orang anak.


Berbekal pekerjaan di dunia hiburan, pola asuh Goldman dan Ross relatif longgar terhadap anak-anak mereka. Tidak ada peraturan yang kaku dan tercipta hubungan persahabatan dimana anak-anak mereka tak ragu berdiskusi dan menyatakan pendapat.

Aura bintang Goldman mulai bersinar ketika menginjakkan kaki di usia 39 tahun. Selain bakat menulisnya yang kian terasah, daya imajinasi dan kreativitas Goldman pun bertabur pujian kritikus film. Di saat yang bersamaan, meroketnya karier Goldman juga semulus karier Ross. Meskipun keduanya super sibuk, mereka telah berkomitmen tetap menjaga hubungan harmonis keluarga, terutama perhatian terhadap anak-anak yang tak boleh lenyap.

Di sela-sela kesibukan dalam menyelesaikan tumpukan naskah film, Goldman tetap memiliki waktu dengan keluarga. Apabila jadwalnya sedang padat, kedua anaknya yaitu Betty Kitten dan Harvey selalu dalam pengawasan Ross. Demikian pula sebaliknya.

Komitmen waktu terhadap anak-anaknya ini dapat dipenuhi karena baik Goldman maupun Ross mengaku senang memiliki banyak anak. Bahkan mereka sudah berpikir akan lebih menyenangkan apabila segera mendapat cucu.

Di luar kesibukan syuting dan menulis naskah skenario, pasangan Goldman dan Ross lebih tertarik menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah. Saat terbebas dari aktivitas yang super ketat, pasangan ini lebih senang bersantai-santai di tempat tidur dan sofa sambil membaca. Goldman bahkan senang memainkan gim tamagochi dan Nintendo. Sementara Ross asyik dengan iPad. Keduanya juga pecinta hewan peliharaan seperti babi, iguana dan musang.

Suatu hari Betty Kitten, anak kedua pasangan tersebut mengaku memiliki penyimpangan seksual. Anak perempuannya itu mengaku  lesbian. Mendengar pengakuan ini, Ross terkejut, namun kemudian menanggapinya dengan santai dan bersikap biasa saja.

Ross beranggapan, dewasa ini bukan suatu hal yang luar biasa apabila anak-anak menjadi lesbian maupun gay. Perkembangan zaman sudah berlalu begitu cepat, sehingga nilai-nilai konvensional tidak bisa tetap melekat pada pola pikir orangtua. Betty mengaku lega dengan sikap penerimaan kedua orangtua dan diperlakukan sama seperti saudaranya yang normal. 

(Selesai)




TERBARU

[X]
×