Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Jet tempur F-22 Raptor dalam dua dekade terakhir telah menjadi andalan Angkatan Udara AS. Sayangnya, sejumlah masalah membuat militer AS berencana mempensiunkan jet tempur keluaran Lockheed Martin ini.
Dilansir dari Sputnik News, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara AS Letnan Jenderal Clinton Hinote mengatakan, peran F-22 Raptor akan digantikan oleh jenis pesawat baru, drone, atau pesawat tak berawak yang kini sedang dikembangkan di bawah program Next Generation Air Dominance (NGAD).
Namun Hinote menekankan bahwa penggantian armada F-22 tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Jet tempur andalan ini mungkin akan diganti pada era 2030-an mendatang.
Jet tempur F-22 Raptor karya Lockheed Martin yang digunakan AS saat ini merupakan pesawat generasi kelima yang melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 1997 dan mulai diperkenalkan pada tahun 2005.
Baca Juga: AS disebut berencana tempatkan pasukan di sekitar Rusia pasca tinggalkan Afghanistan
Di era 2030-an mendatang, pesawat ini akan memasuki usia 40-an yang jelas cukup renta untuk sebuah pesawat tempur. Bagi Angkatan Udara AS, pesawat di usia itu sudah tidak mampu lagi memberikan kinerja optimal.
"Pada 2030-an, pesawat itu akan berusia 40-an, dan itu tidak akan menjadi alat yang tepat untuk pekerjaan itu, terutama ketika kita berbicara tentang membela teman-teman kita seperti Taiwan dan Jepang dan Filipina melawan ancaman China yang tumbuh dan berkembang," ungkap Letjen Hinote dalam wawancaranya dengan Defense News.
Biaya operasional tinggi hingga performa yang tidak maksimal
Hinote mengatakan, jumlah F-22 yang kecil, biaya operasi yang tinggi, hingga kemampuan pertahanan udara musuh yang semakin maju membuat sang Raptor akan sulit bertahan.
Sebagai gambaran, biaya operasional F-22 dengan usia rata-rata 12 tahun adalah sebesar US $ 678 juta. Saat ini Angkatan Udara AS memiliki 186 unit F-22. Jumlah besar ini diprediksi akan semakin mempersulit keuangan militer AS.
Belum lagi, lanjutnya, produksi F-22 dihalangi oleh masalah pasokan suku cadang karena hilangnya produsen peralatan asli. Masalah ini jadi salah satu poin penting yang memaksa F-22 untuk pensiun.
Baca Juga: Lakukan peremajaan, militer Inggris segera datangkan 148 unit tank Challenger 3
Rencana penggantian F-22 juga sempat diutarakan oleh Kepala Staff Angkatan Udara AS Jenderal C.Q. Brown. Ia menjelaskan bahwa F-22 akan meninggalkan rekan-rekannya yang masih bertugas seperti Lockheed Martin F-35, Boeing F-15EX, dan Lockheed Martin F-16.
Jenderal Brown juga mulai menegaskan kehadiran seri pesawat misterius yang kini sedang dikerjakan oleh program NGAD.
Terlepas dari biayanya yang tinggi, jet tempur F-22 disebut selalu gagal menyelesaikan misi utama mereka untuk menghancurkan pesawat musuh dalam pertempuran.
Dilansir dari Sputnik News, jet tempur F-22 pertama kali dikerahkan di Alaska pada 2007 untuk mencegat pembom Tu-96MS dan Tu-160 Rusia yang terbang di atas perairan internasional.
Baca Juga: Kapal AS lepaskan tembakan peringatan ke kapal Iran di Selat Hormuz
Pada 2012, beberapa F-22 dikerahkan sebagai unjuk kekuatan di dekat Iran. Berikutnya pada 2014, sejumlah kecil F-22 dikerahkan di Jerman, Polandia, dan Estonia secara bergilir.
Selama kampanye koalisi pimpinan AS melawan Daesh (ISIS) di Suriah pada 2014-2015, F-22 dikerahkan dan berhasil menjatuhkan 270 bom ke total 60 target.
Di akhir tahun 2017, F-22 melakukan satu misi untuk mengebom daerah yang dikuasai Taliban di Afghanistan. Para Raptor kemudian ambil bagian dalam agresi AS di Suriah pada 2018 setelah pemerintah Suriah disebut menggunakan senjata kimia pada rakyatnya sendiri.