Sumber: South China Morning Post | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - HAWAII. Menteri Pertahanan Mark Esper meminta negara-negara untuk bekerja dengan Amerika Serikat (AS) agar lebih efektif melawan China di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam pidatonya pada Rabu (26/8) di Hawaii, Esper mengatakan, Departemen Pertahanan AS semakin fokus pada China sebagai ancaman di Indo-Pasifik dan secara global.
Ini sebagai tanggapan atas apa yang dia gambarkan sebagai tindakan Beijing yang merusak tatanan internasional dan modernisasi lewat Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang agresif.
Baca Juga: Ketegangan di Laut China Selatan, Taiwan: Risiko konflik tidak disengaja meningkat
Esper mengungkapkan, strategi AS akan mencakup memperkuat aliansi dan kemampuan militer negeri uak Sam serta memperluas jaringan mitra yang berpikiran sama.
“Indo-Pasifik adalah episentrum persaingan kekuatan besar dengan China,” katanya seperti dikutip China South Morning Post. “Kami tidak akan menyerahkan wilayah ini, satu inci pun jika Anda mau, ke negara lain".
Laut China Selatan adalah tempat China paling sering melenturkan ototnya
"Negara lain yang memikirkan bentuk pemerintahan mereka, pandangan mereka tentang hak asasi manusia, pandangan mereka tentang kedaulatan, pandangan mereka tentang kebebasan pers, kebebasan beragama, kebebasan berkumpul, semua hal itu, yang entah bagaimana pun itu lebih baik dari apa yang banyak dari kita bagikan,” ujar dia.
Esper juga memperingatkan, keinginan PLA untuk menjadi militer kelas dunia "tidak diragukan lagi memperkuat" tindakannya di Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Baca Juga: Beri pesan ke AS, China luncurkan rudal pembunuh kapal induk ke Laut China Selatan
“Kami melihat Asia Tenggara, khususnya di kawasan Laut China Selatan, adalah tempat China tampaknya paling sering melenturkan ototnya dan melakukan beberapa perilaku terburuknya,” katanya.
“Jaringan sekutu dan mitra kami yang kuat tetap menjadi keunggulan asimetris abadi yang kami miliki dibanding saingan dekat, yaitu China, yang berupaya untuk merusak dan menumbangkan tatanan berbasis aturan untuk memajukan kepentingan mereka sendiri, seringkali dengan mengorbankan orang lain,” sebut Esper.