Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tashkent dan Yerevan, seperti ibu kota negara-negara bekas Soviet lainnya yang mengizinkan warga Rusia masuk tanpa visa, telah menjadi surga, terutama bagi anggota kelas menengah perkotaan Rusia yang mampu bergerak cepat dan memiliki sumber daya untuk melarikan diri.
"Kami memesan kamar di asrama selama dua minggu - dan hampir semua orang di sini adalah orang Rusia," kata Timofey, salah satu saudara Moskow di Tashkent.
"Jika Anda berjalan di sekitar kota, Anda melihat banyak orang Rusia, banyak pekerja IT, duduk dan bekerja di kafe," ceritanya.
Uzbekistan mengizinkan warga Rusia untuk tinggal tanpa visa selama 90 hari, dan mengatakan tidak akan mendeportasi orang Rusia yang datang untuk menghindari wajib militer. Andrey dan Timofey berencana untuk pindah ke Turki di mana warga Rusia dapat memperoleh izin tinggal dengan relatif mudah.
Baca Juga: Putin: Sebagai Bagian dari Mobilisasi Parsial, Petani juga Direkrut
"Saya tidak berharap untuk kembali ke Rusia dalam enam bulan atau satu tahun ke depan," kata Andrey.
Bagi jurnalis Ponomarev, kejutan budaya terbesar saat pindah ke Yerevan adalah demokrasi Armenia yang riuh dan pers yang relatif bebas, setelah meninggalkan Rusia di mana semua media independen ditutup.
"Anda bisa merasakan kebebasan tertentu," katanya. "Anda merasa bahwa ini adalah negara demokratis."