Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
WASHINGTON. Pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait Suriah dinilai kontroversial. Pasalnya, situasi yang diciptakan Putin saat ini dinilai membahayakan inisiatif diplomatik untuk menghancurkan senjata kimia Suriah dengan mengatakan hal itu tergantung dari AS dan negara lain untuk menggunakan kekuatan militer dalam melawan rezim Bashar al-Assad.
Pernyataan tersebut dinilai akan mempersulit disetujuinya proposal yang diajukan Suriah sehari setelah proposal tersebut dipresentasikan oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. Proposal tersebut menuai banyak komentar di London, khususnya dari Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengenai kemungkinan Suriah menyerahkan cadangan senjata kimia mereka.
"Upaya Rusia untuk mencapai kesepakatan dapat tercapai dan dapat bekerja efektif jika Amerika -dan seluruh dukungan AS pada situasi ini- mengumumkan akan menggunakan kekuatan militernya," jelas Putin seperti yang tercantum dalam situs Kremlin, semalam (10/9).
Pernyataan Putin bertentangan dengan Kerry, yang menyatakan kepada House Armed Services Committee bahwa hanya ancaman "penggunaan kekuatan militer" -yang dipicu oleh persetujuan Kongres- yang dapat menciptakan solusi diplomatik atas Suriah setelah Assad menggunakan senjata kimia terhadap warga negaranya sendiri.
Perkembangan terakhir, dua orang sumber Bloomberg yang mengetahhui detil permasalahan ini, terjadi perbedaan pendapat atas apa yang harus disertakan dalam resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipimpin Rusia pada pertemuan yang berlangsung kemarin.
Serangan ditunda
Meski AS tetap mempertahankan ancaman untuk melakukan serangan militer terhadap Assad, Presiden Barack Obama kepada ABC News beberapa waktu lalu menegaskan bahwa serangan militer AS akan ditunda jika Suriah mau melakukan proposal inisiatif Rusia dan menyerahkan seluruh senjata kimia mereka.