Sumber: Bloomberg | Editor: Didi Rhoseno Ardi
BANGKOK. Meski tekanan untuk mengundurkan diri dari para demonstran kian besar, Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva menegaskan tidak akan memenuhi tuntutan tersebut. “Saya tidak memiliki alasan untuk melakukan hal tersebut. Semuanya harus dijalankan sesuai dengan sistem demokratis,” jelas Abhisit.
Adanya aksi demonstrasi yang melibatkan 100.000 orang tersebut merupakan cobaan berat bagi Pemerintahan Abhisit yang baru berusia empat bulan. Apalagi, besok Thailand akan menjadi tuan rumah bagi pertemuan 15 pemimpin negara-negara Asia.
Sejak 26 Maret lalu, para demonstran sudah menduduki kantor pemerintahan. Mereka bilang, saat ini pemerintahan yang ada tidak sah karena melakukan kudeta dari pemerintahan sebelumnya. Para demonstran juga menuntut agar penasihat utama Raja Bhumibol Adulyadej Prem Tinsulanonda dan dua penasihat lainnya agar mundur karena terlibat dalam kudeta pemecatan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
“Kami berupaya untuk menghindari konfrontasi. Pihak mana pun tidak akan mendapatkan apa-apa dari tindakan kekerasan. Kalau itu terjadi, seluruh negara ini yang akan menanggung kerugiannya,” jelas Abhisit.
Pada pagi ini, diperkirakan sekitar 30.000 aksi demonstran masih tetap bertahan di luar rumah Prem dan kantor Abhisit. Menurut keterangan dari kepolisian setempat, jumlah demonstran yang melakukan aksi kemarin malam melebihi 100.000 orang.
Sementara itu, menurut Ketua Aksi Demonstrasi Jatuporn Prompan, besar kemungkinan demonstran akan menempuh perjalanan ke Pattaya, tepatnya ke lokasi diadakannya pertemuan pemimpin Asia yang akan berlangsung mulai 10-12 April mendatang.
“Kami akan melakukan aksi ke Pattaya besok. Saat ini kami tengah mempertimbangkan strategi selanjutnya,” jelasnya.
Sebelumnya, Abhisit mengatakan, dia tidak akan membiarkan para demonstran untuk mengganggu jalannya pertemuan. Dikabarkan, para pemimpin dari China, Jepang, India, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru juga akan menghadiri pertemuan tersebut.
Catatan saja, pada bulan Maret, tingkat kepercayaan konsumen Thailand anjlok ke level terendah dalam tujuh tahun terakhir. Sebab, perekonomian Negeri Gajah Putih ini mengalami kontraksi pertama dalam 11 tahun dan meningkatnya aksi demonstrasi.