kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pertemuan Menlu ASEAN Dibayangi Krisis Myanmar & Ketegangan Laut China Selatan


Selasa, 11 Juli 2023 / 07:34 WIB
Pertemuan Menlu ASEAN Dibayangi Krisis Myanmar & Ketegangan Laut China Selatan
ILUSTRASI. Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56 akan dimulai pada hari ini 11 Juli 2023 hingga 14 Juli 2023. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Mengutip Reuters, pertemuan para diplomat top Asia Tenggara ini akan berkumpul di Indonesia di tengah tekanan untuk mengatasi krisis politik berdarah di Myanmar dan menyelesaikan ketegangan di Laut China Selatan di mana beberapa anggota ASEAN memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih dengan China.

Pertemuan para menlu ASEAN itu terjadi ketika keraguan meningkat atas kredibilitas dan kesatuan blok tersebut dalam menghadapi tantangan tersulit di kawasan itu.

Yang paling utama adalah kurangnya proses yang berarti pada rencana perdamaian ASEAN untuk Myanmar, yang disepakati dengan penguasa militer negara itu setelah mereka merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021 dan menyerukan penghentian aksi kekerasan dengan sesegera mungkin.

Menurut laporan PBB yang diterbitkan pada Juni, lebih dari 3.400 orang telah tewas dan hampir 22.000 ditangkap dalam tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat di Myanmar.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk baru-baru ini mendesak Dewan Keamanan PBB untuk merujuk kekerasan yang meningkat ke Pengadilan Kriminal Internasional, dan agar negara-negara berhenti memasok senjata ke junta militer.

Baca Juga: Ini Agenda ASEAN Centre for Energy untuk Mendukung Konektivitas Energi Asia Tenggara

ASEAN telah melarang para pemimpin junta Myanmar menghadiri pertemuan tingkat tinggi seperti di Jakarta minggu ini. Akan tetapi, sebagai ketua blok tahun ini, Indonesia telah secara intens melibatkan junta dan kelompok oposisi di belakang layar.

Namun dua sumber yang mengetahui upaya tersebut mengatakan upaya untuk menciptakan dialog inklusif telah diperumit oleh persyaratan yang diajukan oleh semua pihak untuk memulai bahkan pembicaraan informal.

“Selama pendekatan yang dilakukan para pihak adalah pendekatan zero-sum, perdamaian yang langgeng tidak akan pernah tercapai,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi tentang upaya tersebut pekan lalu.

Baca Juga: Indonesia dan Papua Nugini Sepakat Susun Peta Jalan Kerja Sama Pembangunan

Indonesia juga mencari selama forum minggu ini untuk mempercepat pembicaraan tentang kode etik yang telah lama terhenti di Laut Cina Selatan. Pembicaraan tersebut akan memajukan komitmen tahun 2002 oleh blok tersebut dan China untuk membuat seperangkat aturan untuk memastikan kebebasan navigasi dan penerbangan di perairan strategis tersebut.

Perdagangan dengan nilai lebih dari US$ 3 triliun melewati Laut China Selatan setiap tahun. Di sisi lain, klaim teritorial yang tumpang tindih oleh China serta Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei telah menyebabkan serentetan konfrontasi.

Rangkaian AMM-PMC akan diikuti oleh 29 negara, bersama Sekretariat ASEAN and Uni Eropa, serta dihadiri oleh lebih dari 1.100 anggota delegasi. 

ASEAN juga akan mengadakan KTT Asia Timur dan Forum Regional ASEAN akhir pekan ini, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dijadwalkan bakal hadir.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×