kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pertumbuhan Ekonomi China di 2022 Jadi Salah Satu yang Terburuk dalam Setengah Abad


Selasa, 17 Januari 2023 / 17:20 WIB
Pertumbuhan Ekonomi China di 2022 Jadi Salah Satu yang Terburuk dalam Setengah Abad
ILUSTRASI. Kontainer ditumpuk di atas truk di sebuah pelabuhan di Shanghai, China, 17 Februari 2016. Pertumbuhan Ekonomi China di 2022 Jadi Salah Satu Terburuk dalam Hampir Setengah Abad.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  BEIJING. Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022 merosot ke salah satu level terburuk dalam hampir setengah abad. Penurunan ekonomi Tiongkok ini terdampak pembatasan Covid-19 yang ketat dan kemerosotan pasar properti. 

Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi China di kuartal ke IV terpukul keras dan meningkatkan tekanan pada pembuat kebijakan untuk menggelontorkan lebih banyak stimulus pada tahun ini.

Melansir Reuters, Selasa (17/1), Data Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 2,9% pada periode Oktober-Desember 2022. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDB pada kuartal III 2022 yang sebesar 3,9%.

Baca Juga: Ekonomi China Lemah, Bursa Asia Tergelincir

Angka ini masih melampaui kuartal kedua dengan ekspansi 0,4% dan ekspektasi pasar naik 1,8%. Berdasarkan data triwulan PDB di kuartal keempat stagnan 0,0% dibandingkan pertumbuhan Juli sampai September sebesar 3,9%.

Namun kebijakan pelonggaran terhadap pembatasan ketat telah meningkatkan ekspektasi kebangkitan ekonomi China pada tahun ini. Kendati kebijakan ini menyebabkan peningkatan tajam kasus Covid-19 yang menurut para ekonom dapat menghambat pertumbuhan jangka pendek. 

Kemerosotan pasar properti dan permintaan global yang lemah juga berarti bahwa pertumbuhan ekonomi China akan sangat tergantung pada permintaan konsumen dalam negeri.

Harry Murphy Cruise, ekonom di Moody's Analytics mengatakan pada 2023 China tidak hanya menanggulangi ancaman gelombang baru kasus Covid-19, tetapi juga pasar properti perumahan yang memburuk dan permintaan global yang lemah untuk ekspornya. "Ini akan menjadi rem yang signifikan," ucapnya.

Baca Juga: PBB: Populasi Penduduk China Dapat Berkurang Hingga 109 Juta pada Tahun 2050


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×