kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pertumbuhan ekonomi di negara importir melambat, ekonomi dunia terancam


Kamis, 25 April 2019 / 20:09 WIB
Pertumbuhan ekonomi di negara importir melambat, ekonomi dunia terancam


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korea Selatan, negara importir dan teknologi utama di dunia diragukan untuk bisa menopang pertumbuhan ekonomi dunia dalam waktu dekat. Pasalnya, sepanjang kuartal I 2019 ekonomi negeri ginseng ini justru melambat 0,3%.

Nilai ekspor Korea tercatat cuma mencapai setengah dari PDB mereka. Hal ini melanjutkan tren penurunan yang telah terjadi dalam lima bulan terakhir. Ekspor Korea ke China yang menjadi pasar terbesar mereka juga mengalami perlambatan. Terutama dari pengiriman semikonduktor, yang memukul korporasi besar di Korea macam Samsung, dan SK Hynix.

Minggu lalu, Bank of Korea juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya pada 2019 menjadi 2,5%. Sementara pemerintah telah mengumumkan paket belanja tambahan senilai 6,7 triliun won atau setara US$ 5,9 miliar, yang diharapkan untuk mendorong PDB sebesar 0,1% dan menciptakan setidaknya 73.000 pekerjaan baru.

Atas hal ini beberapa negara eksportir utama macam Jerman, Taiwan, dan Jepang ikut khawatir. Bank of Japan misalnya sudah memberi peringatan adanya ketidakpastian yang besar dalam proyeksi pertumbuhan ekonominya sebagaimana janji bank sentral untuk menjaga suku bunga di level terendahnya hingga 2020.

Sebaliknya, Bank of Japan kini memprediksi bahwa hingga 2022, negeri sakura ini tak akan bisa meraih kenaikan inflasi hingga 2%.

Tak cuma Korea Selatan, perlambatan ekonomi di sejumlah negara importir lain di kawasan Asia Pasifik juga perlu untuk diwaspadai.

“Jika anda melihat pasar perdagangan elektronik di wilayah kami seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Taiwan, semuanya memiliki belanja modal (capex) yang rendah,” kata Shaun Roache, Asia-Pacific chief economist pada S&P Global Ratings dikutip dari Reuters, Kamis (25/4).

Roache menambahkan, indikasi tersebut sangat penting dan sulit dibaca apakah penurunan tersebut terjadi karena siklus ekonomi. Atau terjadi akibat adanya ketegangan perdagangan.

Di saat ekonomi China diprediksi bisa mengangkat ekonomi Asia dan dunia dalam waktu panjang, masalah yang dihadapi Korea Selatan menunjukkan bahwa mereka harus memulihkan ekonominya dengan cepat.

Di sisi lain Bank of Japan justru terus memacu suku bunga yang malah bikin negara mitranya menghadapi kekhawatiran.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×