Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang mencatat pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setahun akibat dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta melemahnya permintaan global yang menekan ekspor negeri sakura tersebut.
Belanja konsumsi juga tercatat stagnan dibandingkan kuartal sebelumnya, hal ini makin meragukan persepsi perbankan Jepang bahwa permintaan domestik yang kuat akan mengimbangi dampak risiko global.
Baca Juga: Data ekonomi China semakin memburuk, bursa saham Asia jatuh
Mengutip data Produk Domestik Bruto (PDB) yang dirilis pemerintah Jepang pada hari Kamis (14/11), pertumbuhan ekonomi Jepang hanya tumbuh 0,2% pada kuartal ketiga 2019, melambat tajam dari pertumbuhan April-Juni yang 1,8%.
Pertumbuhan ekonomi Jepang ini jauh dari perkiraan pasar yang memproyeksikan rerata kenaikan 0,8%.
Taro Saito, peneliti eksekutif di NLI Research Institute mengatakan, seharusnya kuatnya permintaan domestik dapat menutupi pelemahan permintaan eksternal, tapi ternyata hal ini tidak dapat dipertahankan.
“Kontraksi pada Oktober-Desember PDB adalah kesepakatan yang dilakukan. Ekonomi mungkin pulih awal tahun depan, tetapi akan kekurangan momentum," ujarnya seperti dilansir Reuters.
Baca Juga: Data ekonomi China memburuk di bulan Oktober
Data ekonomi yang melemah akan mendorong pemerintah dan parlemen menggenjot pengeluaran fiskal untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang banyak dikhawatirkan akan memukul kenaikan pajak penjualan yang mulai berlaku pada Oktober.
Konsumsi masyarakat tumbuh 0,4% pada Juli-September, melambat dari kenaikan 0,6% pada kuartal sebelumnya, meskipun permintaan yang lebih kuat dari belanja rumah tangga yang berusaha untuk mengalahkan kenaikan pajak Oktober.
Baca Juga: Dubes RI dorong pebisnis optimalkan besarnya pasar China
Belanja modal, titik terang yang langka dalam perekonomian, naik 0,9% pada kuartal ketiga, meningkat dari tiga bulan sebelumnya. Itu membantu permintaan domestik menambah 0,2 poin persentase ke pertumbuhan.
Tetapi permintaan eksternal menjatuhkan 0,2 poin persentase dari pertumbuhan PDB, karena ekspor terpukul sengketa China-AS yang berlarut-larut. Perang dagang yang telah menjungkirbalikkan rantai pasokan dunia dan menekan pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: Duh, Trump mengancam naikkan tarif atas barang-barang asal China sebelum Natal