Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan ekonomi Malaysia diprediksi melambat di kuartal I-2019. Sebabnya, di kuartal I-2019 permintaan konsumsi relatif melandai sementara permintaan global melemah akibat dari perang perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.
Mengutip Reuters, Selasa (14/5) dalam jejak pendapatan dari 13 ekonom memperkirakan ekonomi akan tumbuh pada median 4,3% pada Januari-Maret, lebih lambat dari 4,7% di kuartal IV-2018 lalu. Secara rata-rata ekonom Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi Malaysia ada sekitar 4,2%-4,5%.
Ekspor dari ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu terpantau mengalami kontraksi pada bulan Februari dan Maret, dan kemungkinan akan menghadapi tekanan berkelanjutan dalam beberapa bulan mendatang ketika Amerika Serikat melanjutkan kebijakan kenaikan tarif barang-barang dari China menurut analisis Capital Economics.
"Malaysia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap penurunan permintaan AS untuk barang-barang China, sebagai eksportir besar barang setengah jadi ke China," kata Capital Economics, Jumat (10/5) lalu.
China pada hari Senin mengumumkan akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada US$ 60 miliar barang AS menyusul keputusan Washington pekan lalu untuk menaikkan pungutan sepihak atas US$ 200 miliar pada barang impor asal China.
Pertumbuhan setahun penuh Malaysia tahun 2018 datang pada 4,7% tepat di bawah perkiraan Pemerintah sebesar 4,8% tetapi jauh dari kecepatan 5,9% yang ditetapkan tahun sebelumnya.
Suku bunga 4,7% pada kuartal IV yang lebih baik dari perkiraan menghentikan pertumbuhan empat kuartal berturut-turut. Tetapi Bank Negara Malaysia (BNM) sejak itu mengatakan pihaknya memperkirakan ekspansi akan moderat tahun ini.
Pada bulan Maret, Bank Sentral memangkas proyeksi pertumbuhan 2019 menjadi 4,3%-4,8% dari proyeksi sebelumnya 4,9%. Lantaran ekspektasi penurunan permintaan ekspor yang signifikan.
Konsumsi swasta akan tetap menjadi kontributor terbesar untuk pertumbuhan di kuartal I 2019. Namun, analis HSBC menilai ada potensi perlambatan yang disebabkan sentimen konsumen yang memburuk.