Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KAIRO/GAZA/YERUSALEM. Paus Fransiskus menyesalkan perang di Tanah Suci di mana para pejabat kesehatan Palestina mengatakan, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 78 orang pada malam Natal.
Salah satu malam paling mematikan di Jalur Gaza dalam pertempuran Israel dengan Hamas yang telah berlangsung selama 11 minggu.
Serangan Israel yang dimulai beberapa jam sebelum tengah malam terus berlanjut hingga Hari Natal pada hari Senin (25/12). Penduduk setempat dan media Palestina mengatakan, Israel meningkatkan serangan udara dan darat terhadap al-Bureij di Gaza tengah.
Baca Juga: Pope Laments War in Holy Land on Solemn Christmas Eve
Sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan Maghazi di Gaza tengah, kata juru bicara kementerian kesehatan Ashraf Al-Qidra, seraya menambahkan bahwa banyak di antara korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Tentara Israel mengatakan bahwa mereka sedang meninjau laporan insiden Maghazi dan berkomitmen untuk meminimalisir kerugian terhadap warga sipil.
Hamas membantah tuduhan Israel bahwa mereka beroperasi di daerah padat penduduk atau menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Bulan Sabit Merah Palestina mempublikasikan rekaman video yang menunjukkan para korban luka-luka yang dibawa ke rumah sakit.
Dikatakan bahwa pesawat-pesawat tempur Israel mengebom jalan-jalan utama di pusat kota Gaza, menghalangi perjalanan ambulans dan kendaraan darurat.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Menewaskan Sedikitnya 70 Warga Palestina di Kamp Pengungsian
Petugas medis mengatakan, serangan udara Israel yang terpisah di Khan Younis di Gaza selatan menewaskan delapan warga Palestina.
Para pendeta membatalkan perayaan di Betlehem, kota Tepi Barat Palestina yang diduduki Israel di mana menurut tradisi, Yesus lahir di sebuah kandang 2.000 tahun yang lalu.
"Malam ini, hati kita ada di Betlehem, di mana Raja Damai sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan senjata yang bahkan sampai hari ini tidak memungkinkannya untuk mendapatkan tempat di dunia," kata Paus Fransiskus saat memimpin Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus di Roma.
Umat Kristen Palestina sebelumnya mengadakan malam Natal di Betlehem dengan nyanyian pujian yang diterangi lilin dan doa untuk perdamaian di Gaza, bukan perayaan biasa.
Tidak ada pohon besar yang biasanya menjadi pusat perayaan Natal di Betlehem. Patung-patung kelahiran Yesus di gereja-gereja diletakkan di antara reruntuhan dan kawat berduri sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza.
Natal yang mematikan
Sejak gencatan senjata selama seminggu runtuh pada awal bulan ini, pertempuran semakin meningkat di lapangan, dengan perang yang menyebar dari utara Jalur Gaza hingga ke seluruh wilayah kantong yang padat penduduknya itu.
Baca Juga: Israel Membom Gaza Utara, 166 Warga Palestina Meninggal dalam 24 Jam
Militer Israel mengatakan bahwa 10 tentaranya telah terbunuh dalam satu hari terakhir, menyusul lima orang yang tewas pada hari sebelumnya, yang merupakan jumlah korban terburuk dalam dua hari sejak awal November.
"Ini adalah pagi yang sulit, setelah hari yang sangat sulit dalam pertempuran di Gaza," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kepada kabinetnya pada hari Minggu.
"Perang ini menuntut biaya yang sangat besar dari kami; namun kami tidak punya pilihan (selain) untuk terus bertempur."
Dalam sebuah pesan video selanjutnya, ia mengatakan bahwa pasukannya akan bertempur lebih jauh ke dalam Gaza sampai "kemenangan total" atas Hamas.
Israel telah mendapat tekanan dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat (AS), untuk mengalihkan operasinya ke fase kepadatan yang lebih rendah dan mengurangi kematian warga sipil.
Pada hari Sabtu (23/12), kepala staf militer Israel mengklaim bahwa pasukannya sebagian besar telah mengambil alih kontrol operasional di utara Gaza dan akan memperluas operasi lebih jauh di selatan.
Baca Juga: UNICEF: Gaza Semakin Mematikan Bagi Anak-anak
Namun warga mengatakan pertempuran hanya meningkat di distrik-distrik utara.
Pemimpin Jihad Islam di Kairo dalam misi diplomatik
Upaya diplomatik, yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, mengenai gencatan senjata baru untuk membebaskan sandera yang masih ditahan oleh kelompok militan di Gaza hanya menghasilkan sedikit kemajuan, meskipun Washington menggambarkan pembicaraan pekan lalu sebagai "sangat serius."
Jihad Islam, sebuah kelompok militan yang lebih kecil yang bersekutu dengan Hamas, mengatakan bahwa sebuah delegasi yang dipimpin oleh pemimpinnya yang diasingkan, Ziad al-Nakhlala, telah tiba di Kairo pada hari Minggu.
Baca Juga: Israel Membom Gaza Utara, Hukum Internasional Telah Runtuh
Kedatangannya menyusul pembicaraan yang dihadiri oleh pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam beberapa hari terakhir.
Kelompok-kelompok militan sejauh ini mengatakan bahwa mereka tidak akan membahas pembebasan sandera kecuali Israel mengakhiri perangnya di Gaza.
Sementara pihak Israel mengatakan bahwa mereka hanya bersedia membahas jeda sementara dalam pertempuran.
Delegasi tersebut akan menegaskan kembali posisi kelompok tersebut bahwa setiap pertukaran sandera harus menjamin pembebasan semua orang Palestina yang di penjara di Israel, "setelah gencatan senjata tercapai," kata pejabat tersebut.
Hamas dan Jihad Islam, yang keduanya bersumpah untuk menghancurkan Israel, masih diyakini menahan lebih dari 100 sandera dari 240 orang yang mereka tangkap saat mengamuk pada 7 Oktober lalu di berbagai kota di Israel.
Baca Juga: Bukan Akibat Aksi Boikot Israel, Ini yang Bikin Saham MAPB Belum Direkomendasikan
Sejak saat itu, Israel telah mengepung Jalur Gaza dan membumihanguskan sebagian besar wilayah tersebut, dengan lebih dari 20.400 orang dipastikan terbunuh, menurut pihak berwenang di Gaza yang dikuasai Hamas, dan ribuan orang lainnya diyakini tewas di bawah reruntuhan.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah terusir dari rumah mereka dan PBB mengatakan bahwa kondisinya sangat buruk.