Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KAIRO/JERUSALEM. Israel mengebom wilayah Jabalia di Jalur Gaza utara semalam dan pertempuran terjadi sepanjang Minggu (24/12) pagi.
Sementara otoritas kesehatan Gaza dan militer Israel mengumumkan jumlah korban yang terus bertambah.
Israel mengklaim telah mengontrol hampir sepenuhnya operasional atas Gaza utara dan bersiap untuk memperluas serangan darat terhadap militan Hamas ke daerah lain.
Seorang juru bicara kementerian kesehatan Gaza mengatakan bahwa 166 orang Palestina telah tewas dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban tewas di pihak Palestina menjadi 20.424 orang.
Puluhan ribu orang lainnya terluka, dengan banyak mayat yang diyakini terjebak di bawah reruntuhan. Hampir semua dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi.
Baca Juga: UNICEF: Gaza Semakin Mematikan Bagi Anak-anak
Militer Israel mengatakan, delapan tentaranya telah terbunuh, menjadikan jumlah korban tewas dalam pertempuran menjadi 154 orang sejak mereka memulai serangan darat sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel.
Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendiskusikan akan dukungan ke Israel.
Biden "menekankan kebutuhan kritis untuk melindungi penduduk sipil termasuk mereka yang mendukung operasi bantuan kemanusiaan dan pentingnya mengizinkan warga sipil untuk bergerak dengan aman menjauh dari daerah-daerah pertempuran yang sedang berlangsung", kata Gedung Putih.
"Para pemimpin membahas pentingnya mengamankan pembebasan semua sandera yang tersisa," kata Gedung Putih.
Sekutu utama Israel itu telah mempertahankan dukungannya sambil menyatakan keprihatinannya atas jatuhnya korban jiwa dan krisis kemanusiaan di Gaza.
Para pejabat AS mengatakan bahwa mereka memperkirakan Israel akan segera beralih ke fase dengan intensitas yang lebih rendah.
Baca Juga: Israel Membom Gaza Utara, Hukum Internasional Telah Runtuh
Netanyahu, berbicara pada pertemuan kabinet mingguan pada hari Minggu, menepis laporan bahwa AS telah meyakinkan Israel untuk tidak memperluas serangan militernya.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Sabtu bahwa Netanyahu dibujuk oleh Biden untuk tidak menyerang kelompok militan Hizbullah di negara tetangga Lebanon karena khawatir kelompok tersebut akan melancarkan serangan terhadap Israel.
"Israel adalah negara yang berdaulat," kata Netanyahu.
"Keputusan kami dalam perang didasarkan pada pertimbangan operasional kami dan saya tidak akan menjelaskan lebih lanjut."
Dewan Keamanan PBB berhasil menghindari ancaman veto AS pada hari Jumat, setelah berhari-hari berselisih, dengan menghapus dari rancangan resolusi seruan untuk segera mengakhiri perang dan mengurangi kontrol Israel atas pengiriman bantuan.
AS dan Israel menentang gencatan senjata, dengan alasan bahwa hal itu akan memungkinkan Hamas yang didukung Iran untuk berkumpul dan mempersenjatai diri.
Washington abstain dalam pernyataan akhir, yang mendesak langkah-langkah untuk memungkinkan "akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan dan diperluas" ke Gaza dan "kondisi untuk penghentian pertempuran yang berkelanjutan".