Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Donald Trump telah terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Perusahaan di Asia yang telah berinvestasi di Amerika Serikat akan menghadapi perubahan kebijakan bisnis.
Pembuat chip Asia, TSMC Taiwan dan Samsung Electronics Korea Selatan misalnya. Dua perusahaan ini telah berinvestasi senilai US$ 117 miliar di Amerika Serikat. Investasi ini karena pemerintah AS ingin menurunkan ketergantungannya pada Asia untuk produksi chip kelas atas.
Sebagai imbalannya, perusahaan tersebut dijanjikan dana hibah dan dukungan finansial senilai US$ 18,85 miliar, menurut perhitungan Reuters. Namun dengan perubahan kepemimpinan ini, skema ini makin tidak jelas. Sebab Trump saat kampanye mengatakan jika Taiwan dan China harus membayar karena dituduh mencuri bisnis perusahaan semikonduktor Amerika.
Baca Juga: Menguak Nilai Aset dan Kekayaan Donald Trump Pasca Menjabat Presiden AS
Namun, GlobalWafers Taiwan pada hari Kamis mengatakan, program subsidi akan terus berlanjut di pemerintahan Trump.
Produsen kendaraan listrik juga akan terdampak lantaran Trump melontarkan gagasan tarif 10% atau lebih untuk semua barang yang diimpor ke AS. Cara ini menurut Trump untuk mengurangi defisit perdagangan.
Trump juga mengancam tarif 200% untuk beberapa mobil impor. Ia juga bertekad untuk mencegah mobil dari Meksiko masuk ke negara tersebut. Tarif tersebut akan berlaku untuk banyak produsen mobil Asia termasuk Honda Motor, Nissan Motor, dan Kia Corp.
Kepala Operasi Honda Shinji Aoyama menyebut tarif untuk kendaraan yang diimpor dari Meksiko akan berdampak besar karena perusahaan ini mengirimkan 80% produksinya ke pasar AS. Ia mengatakan jika tindakan tersebut menjadi permanen, Honda harus mempertimbangkan untuk mengalihkan produksi ke AS atau negara bebas tarif lainnya dalam jangka panjang.
Pembuat baterai Korea Selatan dan Panasonic Jepang yang memiliki beberapa pabrik baterai EV yang beroperasi di Amerika Serikat juga bersiap menghadapi menghadapi perubahan kebijakan. Sebab ada kemungkinan Trump mencabut kebijakan energi bersih khas Presiden Joe Biden dan peraturan emisi yang lebih longgar.
Trump kepada Reuters pada Agustus mengatakan, akan menghapuskan kredit pajak sebesar US$ 7.500 untuk pembelian EV. Padahal Sejak tahun 2023, LG Energy Solution dan SK On telah menerima kredit federal AS sebesar 2,6 miliar won setar dengan US$ 1,9 juta untuk membuat sel baterai di Amerika Serikat, menurut perhitungan Reuters berdasarkan pengajuan bursa saham mereka.
Baca Juga: Antisipasi Ancaman Tarif Trump, Ekspor China Melonjak Melampaui Perkiraan
Tanpa kredit manufaktur tersebut, mereka akan membukukan kerugian, kata perusahaan tersebut.
Namun di sisi lain, pembatasan AS terhadap baterai China yang masih akan diperketat di bawah pemerintahan Trump akan menguntungkan produsen Korea Selatan sebagai pesaingnya.
Rencana akuisisi Nippon Steel pada US Steel juga berpotensi digagalkan. Semasa kepemimpinan Biden rencana Nippon menawar seharga US$ 14,9 miliar masih belum juga lolos.
Trump saat kampanye menyebut akan memblokir kesepakatan tersebut jika jadi presiden karena ingin merayu para pemilih serikat pekerja. Begitu juga Biden yang menentang pengambilalihan tersebut.
Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat mengatakan pada Agustus bahwa kesepakatan tersebut menimbulkan risiko bagi keamanan nasional karena mengancam rantai pasokan baja untuk industri-industri penting AS. Namun, kesepakatan ini akan membuat Nippon Steel bisa menggelontorkan miliaran dolar di fasilitas-fasilitas U.S. Steel yang menganggur.
Para pelaku bisnis China juga tengah ketar-ketir menunggu pengenaan tarif 60% atau lebih seperti yang didengungkan Trump. Maklum perang dagang yang terjadi pertama kali meletus pada masa jabatan Trump di tahun 2017-2021.
Efeknya, berbagai sektor mulai dari produsen penyedot debu hingga mesin harus dikenai tarif senilai US$ 200 miliar. Di pemerintahan Biden kebijakan ini pun tetap berlaku.
Huawei Technologies juga kena dampak besar karena dilarang membeli chip kelas atas, yang melumpuhkan bisnis telepon pintarnya. Perusahaan teknologi China lainnya seperti ByteDance dan Tencent juga ikut dampak karena aplikasi media sosial TikTok dan WeChat dilarang beroperasi di AS.
Karena itu, beberapa eksportir China berencana mempercepat relokasi atau membuka pabrik di luar China untuk menghadapi kembalinya Trump. Tetapi beberapa eksekutif teknologi China menilai pendekatan agresif Trump dapat menguntungkan mereka, karena upaya AS untuk memperlambat kemajuan teknologi China mungkin gagal mendapatkan dukungan internasional.
Nazak Nikakhtar, pejabat Departemen Perdagangan di bawah Trump yang mengenal para penasihatnya saat ini, memperkirakan pemerintahan Trump akan jauh lebih agresif tentang kebijakan kontrol ekspor terhadap China.
Baca Juga: Begini Prediksi Melania Trump tentang Masa Depan AS di Bawah Pemerintahan Suaminya