Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan global mulai dari produsen mie hingga raksasa semikonduktor tengah gencar melakukan investasi tahun ini. Anggaran belanja modal atau capex besar-besaran disiapkan untuk membangun pabrik dan ekpansi mesin baru.
Berdasarkan data S&P Global Ratings yang dikutip Bloomberg, Senin (13/9), capex perusahaan secara global melonjak 13% tahun 2021. Pertumbuhan terjadi di semua wilayah terutama di sektor semikonduktor, ritel, perangkat lunak dan transfortasi.
Gelombang investasi ini merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Meningkatnya capex tersebut didorong beberapa faktor. Pertama, kondisi pandemi Covid-19 memaksa pelaku bisnis untuk berinvestasi pada fasilitas produksi baru. Kedua, adanya krisis pasokan cip. Ketiga, kampanye lingkungan bersih mendorong investasi apda kendaraan listrik, baterai dan energi alternatif.
Ekonomi Morgan Stanley memperkirakan, investasi global akan mencapai 115% dan 121% dari tingkat pra-resesi pada akhir 2021 dan akhir 2022.
Indikator belanja modal global yang disusun oleh para ekonom JPMorgan Chase menunjukkan bahwa investasi peralatan sudha mulai melandai meskipun masih tumbuh 6,6% pada kuartal II. "Bahwa bisnis terus berinvestasi mendukung pandangan bahwa hambatan jangka pendek akan memudar," tulis mereka dalam risetnya.
Baca Juga: Inflasi grosir Jepang berada di sekitar level tertinggi selama 13 tahun
Sementara, Rob Subbaraman Kepala Riset Pasar Global Nomura Holdings Inc menilai, pemulihan investasi bisnis sangat penting untuk pertumbuhan jangka panjang karena akumulasi modal adalah kunci untuk mengangkat pertumbuhan produktivitas.
Dengan meningkatnya kekhawatiran akan inflasi, peningkatan sinyal tapering dari bank sentral dan kekacauan rantai pasokan yang terus berlanjut, lonjakan belanja modal menawarkan secercah harapan yang langka bagi ekonomi global hingga 2022 dan seterusnya.
Konglomerat Chaudhary Group yang berbasis di Nepal tengah gencar melakukan investasi untuk memperluas pasar mie ke Afrika. Perusahaan yang sudah ekspansi le 35 negara dengan produk mie, makanan ringan dan minuman ini tengah membangun pabrik baru di Mesir untuk menyasra pasar Afrika.
GP Sah, Kepala Bisnis Global Divisi FMCG Chaudhary Group mengatakan, pabrik yang ditargetkan memproduksi satu juta bungkus mie per hari itu akan menelan investasi US$ 10 juta.
Sementara, Walmart Inc akan menginvestasikan sekitar US$ 14 miliar tahun ini di berbagai bidang termasuk rantai pasokan, otomatisasi dan teknologi. Ini naik dari serapan capex sebesar US$ 10,3 miliar tahun lalu.
“Sekarang ketika kami berinvestasi, rasanya sangat ofensif. Rasanya seperti kami meningkatkan posisi kompetitif kami. Ini berbasis sangat luas.” kata Brett Biggs, Direktur Keuangan Walmart.
Di AS, pengeluaran bisnis untuk peralatan, struktur, dan perangkat lunak rata-rata mencapai 13,4% per tahun hingga kuartal II 2021, laju terkuat sejak 1984. Serapan capex untuk peralatan saja rata-rata 14,4% selama setahun terakhir, lebih dari dua kali lipat rata-rata ekspansi 2009-2019.
Baca Juga: China akan konsolidasikan industri kendaraan listrik yang penuh sesak
Eaton Corp, produsen kopling dan rem akan mendorong invetasi hingga tahun 2022 setelah beberapa tahun terakhir investasinya relatif lambat. Menurut Craig Arnold Sang Direktur Operasional mengatakan, pasar industri merupakan salah satu yang relatif pulih lebih awal.
Di Eropa, S&P mencatat kenaikan capex mencapai 16,6% tahun 2021, tertinggi sejak 2006. Tingkat investasi di Inggris yang sempat tertekan akibat brexit sudah mulai pulih pada kuartal II meskipun masih 15% lebih rendah dari level pra pandemi.
Di Korea Selatan, investasi cip tengah gencar dilakukan di tengah krisis pasokan cip global. Total investasi pembiatan cip yang disiapkan mencapai US$ 450 miliar yang dipimpin oleh Samsung Electronics dan SK Hynix Inc.
Di Jepang, produsen yang menghadapi krisis cip memimpin peningkatan anggaran capex. Rohm Co, pembuat cip yang pelanggannya termasuk Toyota Motor, Ford Motor dan Honda Motor menyiapkan investasi US$ 637 juta untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2022.
Faktor lain yang mendorong gelombang investasi ini adalah perubahan iklim. Menurut data BloombergNEF, investasi yang bertjuan mengekang emisi karbon seperti pembangkit listrik enaga surya dan angin lepas pantai, serta teknologi hijau pada paruh pertama 2021 mencapai US$ 174 miliar.
Invetasi pada mobil yang lebih ramah lingkungan di China juga meningkat. Pemasaran dan R&D beberapa pembuat mobil listrik pada kuartal terakhir cukup menonjol. Xpeng Inc melaporkan kerugian yang lebih besar dari perkiraan sebagian karena staf R&D membengkak menjadi lebih dari 3.000 karyawan pada 30 Juni, meningkat hampir 50% dari awal tahun.