Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Sebagai dampak kekhawatiran tentang ketegangan bilateral serta ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona, hanya 29% perusahaan yang berencana meningkatkan investasi mereka di China tahun ini. Turun dari 47% pada 2019.
Lalu, 32% responden mengatakan bahwa mereka yakin memburuknya hubungan AS dan China memengaruhi kemampuan mereka untuk mempertahankan staf lokal dan ekspatriat, yang mana pandangan tersebut sangat menonjol di sektor pendidikan dan logistik. “Ini tentang daya tarik brand AS mengingat atmosfer ketegangan ini,” kata Mark Gilbraith, pemimpin konsultan manajemen untuk PwC China.
Namun, proporsi perusahaan dengan prospek 5 tahun pesimistis sedikit menurun, menjadi 18,5% dibandingkan 21,1% pada 2019. Kendati demikian, survei mencatat tentang prospek 5 tahun pesimistis tetap tinggi secara historis. Hingga 2019, perusahaan dengan prospek 5 tahun pesimistis telah berada di sekitar 7% selama beberapa tahun.
Baca juga: Indonesia terancam masuk jurang resesi ekonomi, ini saran ekonom untuk kita semua
Sementara itu, lebih dari 90 persen responden mengatakan mereka berkomitmen untuk tetap tinggal di China. Kemudian, sekitar lebih dari 70% dari 200 perusahaan dengan outsourcing produksi di China mengatakan, mereka tidak bermaksud untuk mengalihkan manufaktur ke negara lain.
Kurang dari 4% memindahkan sebagian produksi kembali ke Amerika Serikat. Sementara 14% memindahkan sebagian produksi ke lokasi non-AS. Sisanya merupakan campuran dari beberapa produksi di China dan beberapa di luar China.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Semakin Memanas, Perusahaan AS di China Prediksi Hubungan Buruk Berlangsung hingga 3 Tahun ke Depan",
Penulis : Shintaloka Pradita Sicca
Editor : Shintaloka Pradita Sicca