Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di balik gemerlap peluncuran mobil terbaru di IAA Mobility Munich, pameran otomotif terbesar di Eropa, terselip kegelisahan mendalam.
Para eksekutif industri otomotif mengakui bahwa masa kejayaan dengan margin keuntungan tinggi dan permintaan stabil kini memasuki babak baru.
“Pesta yang telah kita rayakan selama puluhan tahun di industri otomotif sudah berakhir dalam bentuknya yang sekarang. Kini saatnya melakukan reorientasi,” ujar Oliver Blume, CEO Volkswagen sekaligus Porsche AG.
Tantangan Global: China, Eropa, dan AS
Pasar otomotif tengah menghadapi tekanan dari berbagai arah.
-
China: Harga dan keuntungan mengalami penurunan tajam. Permintaan mobil, terutama segmen mewah, melemah. Porsche mencatat penurunan penjualan sebesar 27,9% pada semester pertama 2025.
-
Eropa: Permintaan mobil lesu, sementara target transisi menuju kendaraan listrik penuh (EV) pada 2035 semakin menghantui produsen.
-
Amerika Serikat: Kebijakan tarif menambah ketidakpastian, memaksa produsen untuk memangkas biaya dan mencari strategi baru.
Kondisi ini mendorong merek besar seperti Volkswagen, Mercedes-Benz, BMW, Porsche, hingga Renault berada dalam posisi defensif.
Baca Juga: BMW Andalkan Seri Listrik Neue Klasse untuk Dongkrak Penjualan di China
Ledakan EV dan Kompetisi dengan China
Menurut studi McKinsey, produsen mobil Eropa berencana meluncurkan 350 model kendaraan listrik baru hingga 2032, sebagai upaya menyambut larangan mobil berbahan bakar fosil pada 2035 di Uni Eropa.
Namun, banyak produsen menilai target tersebut sulit dicapai, terutama ketika produsen asal China sudah selangkah lebih maju dengan EV berbiaya rendah yang semakin populer di pasar global.
Patrick Schaufuss, mitra di McKinsey, menegaskan, “Tahun-tahun mendatang akan menjadi tahun-tahun penuh ujian. Produsen mobil Eropa membutuhkan pengembangan produk yang lebih cepat dan sederhana agar bisa mengejar ketertinggalan dari rival China.”
Baca Juga: Trump Pangkas Tarif AS untuk Otomotif Jepang Jadi 15%
Perang Harga yang Brutal
Di pasar China, produsen Eropa menghadapi perang harga brutal.
-
Porsche: Menyesuaikan jaringan dealer lokal dan menghapus target margin jangka panjang 20% akibat merosotnya pasar mobil mewah.
-
BMW: Mengandalkan peluncuran iX3 baru pada 2026 untuk kembali tumbuh di China, sembari berhati-hati menentukan strategi harga.
-
Mercedes-Benz: Meluncurkan sekitar 40 model baru hingga 2027, termasuk GLC listrik, sekaligus memangkas biaya miliaran euro. CEO Ola Kaellenius menegaskan persaingan sengit di China akan terus berlanjut.
-
Renault: Meski sudah keluar dari pasar China sejak lima tahun lalu, perusahaan fokus mempercepat waktu pengembangan model dan menghadirkan baterai EV lebih murah—strategi yang selama ini menjadi kunci ekspansi produsen Tiongkok.
CEO Renault, Francois Provost, bahkan mengakui, “Kompetitor kami dari China adalah yang terbaik di kelasnya. Kami menjadikan mereka tolok ukur.”