Sumber: Reuters | Editor: Sandy Baskoro
LISBON. Portugal terus berjuang agar bisa keluar dari jebakan krisis finansial. Perkembangan terbaru, Portugal mengajukan skema pinjaman murah kepada Uni Eropa.
Negeri yang dulu bernama Portugis itu menilai, skema pinjaman murah merupakan insentif bagi negara tersebut, yang sudah berupaya keras melakukan reformasi struktural.
Pada 2011 lalu, Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) menuntut, Portugal menjalankan program penghematan di segala bidang. Ini merupakan syarat pengucuran dana talangan (bailout) bagi Portugal yang terancam bangkrut.
Tak pelak, program penghematan memicu resesi terburuk di negara itu sejak 1970-an. Tengok saja tingkat pengangguran mencapai rekor, yakni 17,7% di awal tahun ini.
"Reformasi struktural Portugal harus lebih cepat dan lebih tajam," ungkap Bruno Macaes, Wakil Menteri Portugal untuk Uni Eropa. Dia menilai, reformasi ini hanya bisa dilakukan dengan skema kontrak Uni Eropa, yakni dukungan finansial dan institusional.
Proposal mengenai skema pinjaman murah tersebut akan menjadi salah satu agenda dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pemimpin Uni Eropa, pada Kamis (19/12) pekan ini.
Di bawah skema tersebut, yakni kontrak yang mengikat secara hukum dengan target dan pencapaian reformasi ekonomi Portugal, maka negara anggota Uni Eropa dapat membantu melalui hibah atau pinjaman murah.
Portugal, yang keluar dari jebakan resesi mendalam pada kuartal kedua tahun ini, mulai berjuang mendapatkan kepastian dalam pengelolaan anggaran publik secara mandiri. Portugal tengah berupaya menjadi negara kedua di kawasan Eropa setelah Irlandia untuk kembali ke pembiayaan sendiri.
Dengan gelombang pemangkasan belanja yang masih berlanjut pada tahun depan, termasuk mengurangi anggaran gaji dan pensiun publik, Lisbon percaya, skema pinjaman murah akan menjadi cara sempurna memastikan keberlangsungan reformasi."Bisakah skema ini membantu Portugal keluar dari bailout? Tak diragukan lagi," ungkap Macaes.