Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung bertemu dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent di sela-sela Sidang Umum PBB, Rabu (24/9).
Dalam pertemuan itu, Lee menekankan bahwa pembicaraan perdagangan dengan Washington harus berjalan secara “rasional secara komersial” serta menguntungkan kedua negara.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Sekretaris Kebijakan Kepresidenan, Kim Yong-beom, dalam konferensi pers di New York pada Kamis.
Paket Investasi US$350 Miliar dengan AS
Fokus utama pertemuan adalah paket investasi senilai US$350 miliar yang sebelumnya telah disepakati secara prinsip antara Presiden Lee dan Presiden AS Donald Trump pada Juli lalu. Kesepakatan itu merupakan bagian dari perundingan untuk menurunkan tarif terhadap barang-barang ekspor Korea Selatan.
Baca Juga: Presiden Korsel Peringatkan Risiko Krisis Besar Ekonomi Jika Penuhi Tuntutan AS
“Dengan paket investasi ini, Presiden Lee berharap diskusi dapat berjalan berdasarkan rasionalitas komersial dan mengarah pada kepentingan bersama,” ujar Kim.
Lee juga menekankan bahwa struktur ekonomi dan pasar valuta asing Korea Selatan — yang sangat berbeda dengan Jepang — harus menjadi pertimbangan utama dalam kesepakatan final.
Diskusi soal Currency Swap
Selain Lee, Menteri Keuangan Korea Selatan Koo Yun-cheol juga mengadakan pertemuan terpisah dengan Bessent untuk membahas detail paket investasi dan kemungkinan perjanjian currency swap dengan AS. Namun, Kementerian Keuangan menolak membeberkan rincian lebih lanjut.
Menurut analis, permintaan currency swap tersebut bisa dipandang sebagai strategi Korea Selatan untuk menghindari kebutuhan investasi langsung dalam jumlah besar.
“Tanpa adanya jaminan likuiditas dolar tak terbatas, angka $350 miliar terdengar mustahil,” kata Kim Yong-jin, profesor manajemen di Universitas Sogang, Seoul.
Perbandingan dengan Jepang
Awal September, Jepang telah meresmikan perjanjian dagang dengan AS yang mencakup penurunan tarif serta paket investasi sebesar $550 miliar di proyek-proyek Amerika.
Baca Juga: Menlu Korsel Desak Solusi Visa Pekerja di AS sebelum Investasi Rp5.800 Triliun
Namun, Presiden Lee menilai pengaturan serupa bisa menimbulkan risiko serius bagi stabilitas pasar keuangan Korea Selatan. Arus modal keluar dalam jumlah besar dikhawatirkan dapat menguras cadangan devisa negara dan memperlemah stabilitas won.
Tekanan terhadap Mata Uang Won
Mata uang Korea Selatan, won, kembali melemah tajam. Pada Kamis, won menembus level psikologis 1.400 per dolar AS, ditutup di 1.403,8 — posisi terlemah sejak pertengahan Mei.
Untuk mengantisipasi dampak lanjutan, Seoul tengah mengupayakan perjanjian swap valuta asing dengan jalur kredit tanpa batas dari Washington. Pejabat Korea Selatan menyebutkan bahwa proposal tersebut saat ini sedang dikaji oleh pihak AS.