Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR/MUMBAI. Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Malaysia diperkirakan akan menembus 20 juta ton untuk pertama kalinya pada tahun 2025.
Didorong oleh kondisi cuaca yang mendukung, ketersediaan tenaga kerja yang membaik, serta produktivitas dari kebun muda berproduksi tinggi.
Sejumlah pejabat industri dan pelaku perdagangan mengatakan kepada Reuters Rabu (12/11/2025), capaian tersebut akan menjadikan Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia mencatatkan rekor baru dan berpotensi menambah stok akhir tahun lebih tinggi dari perkiraan.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Pangkas Produksi Wine Global
Kondisi ini bisa memberi tekanan pada harga futures minyak sawit Malaysia.
Menurut estimasi sekitar selusin pejabat industri dan pelaku perdagangan, produksi CPO Malaysia pada tahun ini diperkirakan naik 3,4% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 19,34 juta ton, sekaligus melampaui rekor sebelumnya sebesar 19,96 juta ton yang tercatat pada 2015.
Kepala riset Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, menyebutkan produksi pada November dan Desember kemungkinan akan menurun dari level puncak Oktober, namun tetap lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Bahkan dengan penurunan di dua bulan terakhir, total produksi masih akan menembus 20 juta ton,” ujarnya.
Menurut data Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi CPO Malaysia pada Oktober meningkat 11,02% secara bulanan menjadi 2,04 juta ton, level tertinggi sejak Agustus 2015.
Baca Juga: Singles’ Day China Lesu, Diskon Besar Tak Mampu Dongkrak Gairah Belanja Konsumen
Cuaca Kondusif dan Kebun Muda Dorong Produksi
Direktur Jenderal MPOB Ahmad Parveez Ghulam Kadir menjelaskan, lonjakan produksi belakangan ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang kondusif, sehingga mendukung pertumbuhan buah sawit dan kegiatan panen yang lebih optimal.
Selain itu, replanting (penanaman ulang) yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir membuat banyak kebun kini berisi pohon sawit muda dengan produktivitas lebih tinggi.
“Peningkatan jumlah pemanen dan pengumpul buah, setelah pemerintah memberikan kuota tenaga kerja khusus, juga membantu perkebunan beroperasi lebih efisien dan meminimalkan kehilangan hasil panen,” kata Ahmad Parveez.
Sejumlah perusahaan besar juga mencatat tren serupa dalam laporan keuangannya. SD Guthrie Berhad mengaitkan peningkatan produksi tandan buah segar (FFB) dengan cuaca yang mendukung dan efisiensi tenaga kerja yang lebih baik, sementara Genting Plantations melaporkan kenaikan hasil panen berkat pemulihan tanaman dan kondisi cuaca yang kondusif.
Baca Juga: Rusia Menerbitkan Obligasi Yuan Untuk Diversifikasi Pendanaan
Penurunan Musiman di Akhir Tahun
Secara historis, produksi minyak sawit Malaysia memang cenderung menurun pada November dan Desember.
Dalam 25 tahun terakhir, rata-rata penurunan produksi pada November mencapai 6,8%, dan pada Desember sekitar 8,9%.
Untuk tahun ini, pelaku industri memperkirakan produksi November akan turun sekitar 9% menjadi 1,86 juta ton, dan kembali menurun 11% di Desember menjadi 1,66 juta ton.
Meski ada penurunan musiman, total produksi 2025 tetap diproyeksikan melampaui batas psikologis 20 juta ton angka yang sebelumnya tidak diperkirakan oleh pelaku industri di awal tahun.
Sementara itu, MPOB masih mempertahankan proyeksinya untuk produksi CPO 2025 di level 19,5 juta ton.













