kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.212   -17,00   -0,10%
  • IDX 6.865   -12,86   -0,19%
  • KOMPAS100 999   -3,55   -0,35%
  • LQ45 764   -2,07   -0,27%
  • ISSI 226   -1,00   -0,44%
  • IDX30 393   -1,12   -0,29%
  • IDXHIDIV20 455   -0,68   -0,15%
  • IDX80 112   -0,32   -0,28%
  • IDXV30 114   0,03   0,02%
  • IDXQ30 127   -0,74   -0,58%

Produksi Minyak OPEC Naik di Juni Dipimpin oleh Arab Saudi dan UEA


Jumat, 04 Juli 2025 / 21:10 WIB
Produksi Minyak OPEC Naik di Juni Dipimpin oleh Arab Saudi dan UEA
ILUSTRASI. A 3D printed oil pump jack is seen in front of displayed Opec logo in this illustration picture, April 14, 2020. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - LONDON. Produksi minyak mentah dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkat pada Juni 2025, menurut survei Reuters, terutama karena kenaikan output dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Kenaikan ini terjadi setelah kesepakatan OPEC+ untuk meningkatkan produksi, meski dampaknya terbatas karena Irak menurunkan produksinya guna mengompensasi kelebihan pasokan sebelumnya.

Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis di Pagi Ini (1/7), Terseret Ekspektasi Banjir Pasokan OPEC+

OPEC memompa 27,02 juta barel per hari (bph) pada bulan Juni, naik 270.000 bph dibandingkan Mei, dengan Arab Saudi mencatat peningkatan tertinggi.

OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, saat ini tengah mempercepat rencana untuk mencabut sebagian pemangkasan produksi yang sebelumnya diterapkan.

Di saat yang sama, beberapa negara anggota diminta melakukan pemotongan tambahan sebagai kompensasi atas pelanggaran kuota produksi di masa lalu, yang bertujuan menyeimbangkan dampak dari peningkatan output.

Berdasarkan kesepakatan delapan anggota OPEC+ untuk produksi bulan Juni, lima negara yang merupakan anggota OPEC yaitu Aljazair, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan UEA diberikan kuota kenaikan produksi sebesar 313.000 bph, dengan pemotongan kompensasi sebesar 173.000 bph yang harus dilakukan oleh Irak, Kuwait, dan UEA.

Menurut hasil survei, realisasi peningkatan dari lima negara tersebut hanya mencapai 267.000 bph, dengan Arab Saudi menyumbang kenaikan sekitar 200.000 bph. Meski demikian, produksi Saudi masih berada di bawah kuota yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Dipicu Prospek Pasokan OPEC+ yang Lebih Besar

Sementara itu, Irak, yang mendapat tekanan untuk lebih patuh terhadap kuota produksi OPEC+, justru mengurangi output-nya.

UEA mencatat kenaikan produksi sebesar 100.000 bph, namun tetap belum mencapai kuota OPEC+ yang telah ditetapkan.

Terdapat perbedaan estimasi signifikan terkait tingkat produksi di Irak dan UEA. Sejumlah sumber independen memperkirakan produksi mereka lebih tinggi dibanding data resmi yang disampaikan oleh masing-masing negara.

Survei Reuters ini bertujuan untuk melacak pasokan aktual ke pasar dan mengandalkan data aliran minyak dari LSEG (grup data keuangan), informasi dari perusahaan pemantau seperti Kpler, serta keterangan dari sumber di perusahaan minyak, pejabat OPEC, dan konsultan industri.

Selanjutnya: Rata-rata Return Unitlink Berbasis Saham Terkontraksi pada Juni 2025

Menarik Dibaca: Promo Boombastrip 7.7 Trip.com Beri Diskon hingga Rp 1 juta untuk Tiket Pesawat




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×