Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Sebuah perusahaan farmasi dan diagnostik asal China telah memperingatkan bahwa pemakaian alat tes baru yang menjanjikan bisa mendeteksi virus corona hanya dalam beberapa menit mungkin tidak seakurat kit konvensional.
Hal ini bisa menjadi sebuah kemunduran bagi sejumlah negara yang ingin dengan cepat menguji kasus corona bagi warga mereka.
Baca Juga: Trump dikabarkan bakal meminta warga Amerika untuk memakai masker bila di luar rumah
"Pengujian cepat semacam itu tidak seakurat tes asam nukleat tradisional yang membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk menghasilkan hasilnya," kata Wu Yifang, CEO Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co. seperti dikutip South China Morning Post.
produsen obat ini juga memang memiliki teknologi pengujian cepat, tapi Wu bilang pihaknya sedang berupaya membuat hasilnya lebih akurat.
Abbott Laboratories meluncurkan tes coronavirus pada 28 Maret lalu yang dapat mengkonfirmasi apakah seseorang terinfeksi corona hanya dalam lima menit.
Sementara Shenzhen Bioeasy Biotechnology telah memasok versi kit pengujian cepatnya ke Uni Eropa bahkan sebelum mendapatkan persetujuan regulator di China untuk penggunaan domestik.
Baca Juga: Gara-gara virus corona, Meksiko stop produksi bir Corona
Kit diagnostik yang lebih cepat dan mudah digunakan tampaknya menghemat waktu dan sumber daya bagi negara-negara yang berada di bawah tekanan untuk memperluas upaya pengujian mereka.
Di sisi lain upaya meredam penyebaran virus corona juga terus dilakukan berbagai negara. Thailand misalnya akan memberlakukan jam malam mulai Jumat untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona.
Jam malam yang diberlakukan mulai jam 10 malam hingga 4 pagi ini adalah langkah terbaru pemerintah untuk membatasi pertemuan dan membuat sebanyak mungkin orang tinggal di rumahnya masing-masing.
Baca Juga: Pakar di China sebut pandemi corona akan mulai terkendali pada akhir April
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha bilang pengecualian akan diberikan pada orang-orang yang mengangkut persediaan medis dan pekerja kesehatan yang bepergian ke dan dari tempat kerja. "Kami memprioritaskan kesehatan daripada kebebasan," kata Prayuth.
"Kita mungkin tidak merasa senyaman sebelumnya, tetapi kita semua perlu beradaptasi untuk bertahan hidup dan memiliki tanggung jawab sosial, sehingga kita bisa melewati krisis ini," katanya.