Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana China mengenakan tarif atas impor minyak Amerika Serikat (AS) sebagai aksi balasan, berpotensi memukul industri minyak mentah Negeri Paman Sam. Sejumlah eksekutif perusahaan energi dan analis memprediksi kebijakan tarif tersebut bakal menghambat penjualan shale oil atau minyak serpih ke pelanggan-pelanggan besar.
Sebelumnya, China menyatakan akan mengenakan tarif 25% atas impor minyak mentah, gas alam, serta batubara mulai 6 Juli mendatang, jika AS terus melanjutkan kebijakan tarif atas barang-barang China.
Untuk pertama kalinya, China memperhitungkan sektor energi dalam perselesihan kedua negara tersebut lantaran selama ini tarif impor telah mengganggu impor logam dan panel surya China, serta ekspor peralatan medis dan kedelai AS.
"Ini akan menyakiti semua orang untuk jangka pendek," kata Ron Gasser, Wakil Presiden Mammoth Exploration, produsen shale oil di Texas Barat, seperti dilansir Reuters, Rabu (20/6).
"Meskipun minyak mentah AS akan terus mengalir ke pasar bahkan dengan penerapan tarif, itu akan membuat produsen menaruh minyak di tempat lain dan membebani pembeli," imbuhnya.
Asal tahu saja, China merupakan pelanggan terbesar minyak mentah AS dengan volume impor sekitar 363.000 barel per hari hingga Maret lalu. Berdasarkan data Thomson Reuters, ekspor China bahkan telah meningkat menjadi 450.000 barel per hari hingga Juli nanti.
Tak heran, ancaman kebijakan tarif oleh China pada ekspor minyak mentah AS membuat para produsen khawatir. Terutama saat ini pasar minyak mentah juga tengah diselimuti sentimen negatif menjelang pertemuan OPEC di Wina, Jumat ini.
"Tarif tersebut akan menciptakan serangkaian ketidakpastian baru atas apa yang sudah ada di pasar minyak mentah saat ini,” ujar Daniel Yergin, Wakil ketua konsultan IHS Markit, Selasa (19/6).
Menurut Yergin, tarif China tersebut juga berpotensi menyebabkan minyak AS menjadi kurang menarik bagi pembeli China. "Sementara, ada kekhawatiran perang dagang dapat membahayakan ekspor," kata Steve Roberts, Presiden Kamar Dagang Virginia Barat. "Cina adalah mitra dagang yang sangat penting," pungkasnya.