kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Produsen minyak AS cemaskan ancaman China soal tarif impor


Rabu, 20 Juni 2018 / 14:08 WIB
Produsen minyak AS cemaskan ancaman China soal tarif impor
ILUSTRASI. Negara Penghasil Minyak Bumi Terbesar di Dunia - Amerika Serikat


Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana China mengenakan tarif atas impor minyak Amerika Serikat (AS) sebagai aksi balasan, berpotensi memukul industri minyak mentah Negeri Paman Sam. Sejumlah eksekutif perusahaan energi dan analis memprediksi kebijakan tarif tersebut bakal menghambat penjualan shale oil atau minyak serpih ke pelanggan-pelanggan besar.

Sebelumnya, China menyatakan akan mengenakan tarif 25% atas impor minyak mentah, gas alam, serta batubara mulai 6 Juli mendatang, jika AS terus melanjutkan kebijakan tarif atas barang-barang China.

Untuk pertama kalinya, China memperhitungkan sektor energi dalam perselesihan kedua negara tersebut lantaran selama ini tarif impor telah mengganggu impor logam dan panel surya China, serta ekspor peralatan medis dan kedelai AS.

"Ini akan menyakiti semua orang untuk jangka pendek," kata Ron Gasser, Wakil Presiden Mammoth Exploration, produsen shale oil di Texas Barat, seperti dilansir Reuters, Rabu (20/6).

"Meskipun minyak mentah AS akan terus mengalir ke pasar bahkan dengan penerapan tarif, itu akan membuat produsen menaruh minyak di tempat lain dan membebani pembeli," imbuhnya.

Asal tahu saja, China merupakan pelanggan terbesar minyak mentah AS dengan volume impor sekitar 363.000 barel per hari hingga Maret lalu. Berdasarkan data Thomson Reuters, ekspor China bahkan telah meningkat menjadi 450.000 barel per hari hingga Juli nanti.

Tak heran, ancaman kebijakan tarif oleh China pada ekspor minyak mentah AS membuat para produsen khawatir. Terutama saat ini pasar minyak mentah juga tengah diselimuti sentimen negatif menjelang pertemuan OPEC di Wina, Jumat ini.

"Tarif tersebut akan menciptakan serangkaian ketidakpastian baru atas apa yang sudah ada di pasar minyak mentah saat ini,” ujar Daniel Yergin, Wakil ketua konsultan IHS Markit, Selasa (19/6).

Menurut Yergin, tarif China tersebut juga berpotensi menyebabkan minyak AS menjadi kurang menarik bagi pembeli China. "Sementara, ada kekhawatiran perang dagang dapat membahayakan ekspor," kata Steve Roberts, Presiden Kamar Dagang Virginia Barat. "Cina adalah mitra dagang yang sangat penting," pungkasnya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×