kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.735   13,00   0,08%
  • IDX 8.319   76,61   0,93%
  • KOMPAS100 1.160   10,25   0,89%
  • LQ45 847   5,05   0,60%
  • ISSI 287   1,55   0,54%
  • IDX30 445   4,14   0,94%
  • IDXHIDIV20 511   0,49   0,10%
  • IDX80 130   1,17   0,90%
  • IDXV30 136   0,08   0,06%
  • IDXQ30 142   0,93   0,66%

Produsen Mobil Jepang Gencar Bangun Pabrik di India


Rabu, 05 November 2025 / 22:37 WIB
Produsen Mobil Jepang Gencar Bangun Pabrik di India
ILUSTRASI. Karyawan memeriksa mobil yang telah dirakit sepenuhnya di pabrik produksi Maruti Suzuki di Manesar, di negara bagian utara Haryana, India, 26 September 2023. REUTERS/Anushree Fadnavis/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Tiga raksasa otomotif Jepang, Toyota, Honda, dan Suzuki, tengah mengucurkan investasi bernilai miliaran dolar untuk membangun pabrik dan memperluas produksi mobil di India. Langkah ini mencerminkan meningkatnya peran India sebagai pusat manufaktur global, di tengah upaya produsen Jepang mengurangi ketergantungan pada China dalam rantai pasokan.

Toyota, produsen mobil terbesar dunia, dan Suzuki, penguasa pasar otomotif India dengan pangsa hampir 40%, telah mengumumkan investasi gabungan senilai US$ 11 miliar guna memperkuat kapasitas produksi dan ekspor di pasar otomotif terbesar ketiga dunia itu.

Sementara itu, Honda pekan lalu menyatakan akan menjadikan India sebagai basis produksi dan ekspor mobil listrik (EV) terbaru yang tengah dikembangkan.

Baca Juga: India Siap Pangkas Pembelian Minyak Rusia, Usai Sanksi AS

India sejak lama menarik minat produsen global berkat biaya tenaga kerja yang rendah dan ketersediaan sumber daya manusia yang melimpah. Kini, perusahaan-perusahaan otomotif Jepang meningkatkan kehadiran mereka seiring pergeseran fokus dari China, baik sebagai pasar maupun pusat produksi.

Selain itu, India hampir tertutup bagi produsen mobil listrik asal China, sehingga memberi keuntungan kompetitif bagi merek Jepang yang tak perlu bersaing langsung dengan raksasa seperti BYD.

"India adalah pilihan tepat sebagai pengganti pasar China," kata Julie Boote, analis otomotif di Pelham Smithers Associates, London. Untuk saat ini, Jepang menilai India sebagai pasar yang lebih menguntungkan karena tidak harus berhadapan dengan kompetitor asal China.

Daya tarik lainnya datang dari peningkatan kualitas manufaktur di India serta insentif pemerintah di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi yang mendorong ekspansi industri manufaktur domestik.

Investasi langsung Jepang di sektor transportasi India melonjak lebih dari tujuh kali lipat antara 2021 dan 2024, mencapai ¥ 294 miliar tahun lalu. Sebaliknya, investasi di sektor transportasi China anjlok 83% dalam periode yang sama.

Baca Juga: India–AS Akhiri Kebuntuan Dagang: AS Pangkas Tarif, India Kurangi Impor Minyak Rusia

Toyota kini bekerja sama dengan pemasok Jepang dan India untuk menekan biaya dan memperluas produksi komponen hibrida. Perusahaan juga semakin memusatkan perhatian pada spesifikasi lokal, menyesuaikan produknya dengan kebutuhan pasar India.

Produsen asal Jepang itu berencana meluncurkan 15 model baru dan penyegaran produk di India sebelum 2030, dengan target pangsa pasar 10%, naik dari sekitar 8% saat ini. Toyota juga memperluas jaringannya hingga ke wilayah pedesaan.

Tahun lalu, Toyota mengumumkan investasi lebih dari US$ 3 miliar untuk menambah kapasitas pabrik di India selatan sebesar 100.000 unit per tahun dan membangun pabrik baru di Maharashtra yang diperkirakan mulai beroperasi sebelum 2030. Dengan ekspansi ini, kapasitas produksi Toyota di India akan melampaui 1 juta unit per tahun.

Pertumbuhan ekonomi India rata-rata mencapai 8% dalam tiga tahun terakhir, dan pemerintah Modi berambisi mempertahankan momentum tersebut dengan menarik lebih banyak investasi asing di sektor manufaktur.

Pada tahun fiskal lalu, India memproduksi sekitar 5 juta mobil penumpang, dengan 800.000 unit diekspor ke pasar global. Penjualan domestik naik 2% dibanding tahun sebelumnya, sementara ekspor melonjak 15%.

Kebijakan pembatasan investasi dari China juga menjadi keuntungan tersendiri bagi produsen Jepang. "Sikap proteksionis India terhadap negara tetangga justru menguntungkan Jepang," kata Gaurav Vangaal dari S&P Global Mobility. Kondisi ini membuka peluang bagi produsen Jepang untuk memperluas investasi dan meningkatkan daya saing biaya.

Meski begitu, pasar India tetap penuh tantangan. Beberapa produsen besar seperti Ford dan General Motors sebelumnya gagal bertahan dan akhirnya keluar dari negara itu.

Bagi Honda, India adalah pasar terbesar untuk bisnis sepeda motornya yang sangat menguntungkan. Kini, perusahaan ingin memperkuat bisnis mobilnya dengan menjadikan India sebagai basis produksi dan ekspor mobil listrik seri “Zero”, yang akan mulai dikirim ke Jepang dan pasar Asia lainnya pada 2027.

Sementara Suzuki menyiapkan investasi senilai US$ 8 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 4 juta unit per tahun, naik dari sekitar 2,5 juta saat ini. Melalui anak usahanya, Maruti Suzuki, perusahaan ini tetap menjadi produsen dan eksportir mobil terbesar di India.

"Kami ingin menjadikan India sebagai pusat produksi global Suzuki," ujar Presiden Suzuki, Toshihiro Suzuki, di sela-sela Japan Mobility Show. Suzuki juga ingin meningkatkan ekspor dari India ke pasar dunia.

Selanjutnya: Harga Minyak Melemah, di Tengah Data Ekonomi dan Pasar Ekuitas yang Lesu

Menarik Dibaca: Hasil Korea Masters 2025, Hanya 5 Wakil Indonesia Lolos ke Babak 16 Besar




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×